GIZA, MESIR — Serangan Israel yang membabi buta di wilayah Palestina—Gaza dan Tepi Barat—menyebabkan kerusakan fatal berbagai fasilitas publik dan rumah tinggal warga. Hal ini mengakibatkan lumpuhnya pelayanan publik, termasuk rumah sakit beserta ambulans. Korban perang yang terus berjatuhan dari pihak sipil (anak-anak, wanita, dam lansia) maupun militer dengan kondisi yang serba darurat menyebabkan perawatan tidak dapat dilakukan secara maksimal.
Hancurnya sejumlah rumah sakit dan sarana medis genting lainnya mendorong lembaga-lembaga kemanusiaan yang tergabung dalam Indonesian Humanitarian Alliance (IHA) bersepakat untuk melakukan percepatan kebutuhan respons. Salah satunya mempercepat pengadaan ambulans kemanusiaan.
Dengan menempuh jarak hampir 70 Km dari Kairo, tepatnya di Kota 6 Oktober (Setta Oktōbar), Provinsi Giza, Tim Kemanusiaan Dompet Dhuafa-IHA melakukan kunjungan ke pabrik karoseri ambulans. Di lokasi pabrik, Tim Kemanusiaan Dompet Dhuafa-IHA mendapati sekitar 20 unit kendaraan medis yang sedang dalam proses pengerjaan interior equipment yang dipesan oleh berbagai NGO International.
Baca juga: Ambulans Dompet Dhuafa Kena Serang Rudal Israel
Mr. Essam Said, Eng, selaku Chairman Al-Arabia menyampaikan, mereka sudah berpengalaman lebih dari 20 tahun dalam pengadaan unit-unit ambulans untuk Mesir maupun Palestina. Mereka mempersiapkan setiap detail spesifikasi sesuai dengan kesepakatan para mitra/konsumen. Al-Arabiya membangun karoseri ambulans dengan spesifikasi yang memenuhi standar internasional, sehingga memudahkan dalam pengurusan izin untuk melintasi batas negara.
Dalam kesempatan yang sama, Arif Rahmadi selaku Ketua Delegasi Tim Kemanusiaan IHA-Dompet Dhuafa menyatakan, “Indonesian Humanitarian Alliance dalam merespons konflik kemanusiaan di Palestina melakukan kerja sama dengan banyak pihak. Salah satunya adalah ERC di Mesir, juga dengan Gaza Dezteck. Yang menjadi concern kita bersama adalah bagaimana melakukan percepatan proses pengiriman bantuan kemanusiaan untuk Palestina. Salah satu yang paling dibutuhkan adalah pengadaan unit ambulans untuk mobilisasi pasien ke rumah sakit. Selain itu, kita juga mempersiapkan langkah-langkah strategis penanganan bantuan di masa recovery jika sudah ada gencatan senjata permanen.”
Baca juga: Ratusan Warga Palestina Jadi Korban Kekerasan Zionis, Ambulans Dompet Dhuafa Bergerak Beri Bantuan
Mengutip Al Jazeera, Kementerian Kesehatan Palestina dan Palestine Red Crescent Society (PRCS) mencatat bahwa ada setidaknya 17.177 jiwa syahid per 7 Desember 2023. Mereka termasuk 7.112 anak-anak dan 4.885 wanita. Dilaporkan juga bahwa ada 46.000 jiwa yang kini sangat membutuhkan penanganan medis secara khusus, dan tercatat 7.600 warga hilang di Gaza.
Sementara itu di Tepi Barat, tercatat 266 orang tewas, termasuk 63 anak-anak dan lebih dari 3.365 dilaporkan luka-luka. Sejak terjadinya perang besar antara Israel dan Palestina yang berlangsung per 7 Oktober 2023 setidaknya sudah ada 63 jurnalis yang gugur saat bertugas.
Krisis kemanusiaan yang terjadi di Palestina kini harus menjadi perhatian bersama. Pasalnya, ini bukan hanya masalah agama, tetapi tentang kemanusiaan, perampasan kedaulatan, dan penjajahan yang melanggar hukum-hukum humaniter internasional. (Dompet Dhuafa/DMulyadi)