TANGERANG SELATAN – Dompet Dhuafa menggelar Pembukaan Sekolah Dai Pemberdaya Batch 8 pada Selasa, 1 November 2022 di Wisma Syahida Inn, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Program yang diinisiasi oleh Corps Dai Dompet Dhuafa (Cordofa) ini diikuti oleh 65 audiens dari berbagai daerah, di antaranya Jabodetabek, Aceh, Kendari, hingga Nusa Tenggara Timur (NTT). Diketahui, acara Sekolah Dai Pemberdaya Batch 8 sendiri akan dilaksanakan selama 30 hari yang dilaksanakan melalui materi-materi di ruang kelas dan praktik lapangan di luar kelas.
Pembukaan Sekolah Dai Pemberdaya Batch 8 ini dihadiri oleh para pimpinan program sosial Dompet Dhuafa, yakni General Manager Layanan Sosial, Bapak Juperta Panji Utama serta Senior Officer Dakwah, Ustaz Ahmad Pranggono. Rangkaian kegiatan agenda seremoni ini diisi dengan sambutan dari pimpinan Dompet Dhuafa dan tausiah pengantar yang dibawakan oleh pengisi acara “Religi One” TV One, Ustaz Erick Yusuf dan Dai Nasional Tanah Air, Ustaz Muhammad Subki Al-Bughury.
Baca Juga: Sekolah Literasi Indonesia Peroleh Piagam Penghargaan Mitra Pembangunan Kemendikbudristek
Dalam sambutannya, Bapak Panji mengingatkan bahwa dunia internasional memandang Indonesia sebagai negara dengan populasi penduduk mayoritas beragama Islam, sehingga baik dan buruknya akan berdampak pada citra Islam itu sendiri.
“Salah satu langkah Dompet Dhuafa adalah bikin sekolah dai, dengan sekolah dai, Dompet Dhuafa mengirimkan dai-dai ke daerah-daerah yang merupakan kontribusi untuk NKRI,” ujar Bapak Panji.
Di sisi lain, Ustaz Erick turut menegaskan tugas seorang juru dakwah soal bagaimana mengemas permasalahan umat dengan cara terbaik. Wakil Ketua Seni Budaya Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat itu memberikan contoh industri film yang memainkan peranan penting bagi kehidupan, serta mendorong umat agar mandiri secara ekonomi dengan saling memberi dukungan riil.
“Kita menginginkan kemandirian umat, tapi kalau belanja masih di toko ‘sebelah’. Enggak mau menabung di bank syariah, karena masih tercampur dengan (unsur-unsur) konvensional, mau sampai kapan? Cara berpikir kita epistemologis, sedangkan umat di luar Islam harus logis dan empiris agar mereka bisa terima, tugas dai untuk menjadikannya komprehensif,” kata Ustaz Erick.
Baca Juga: Susur Sungai Malam, Cerita Dai Pemberdaya Berdakwah di Pedalaman Kalimantan Barat
Selain itu, Ustaz Subki juga menjelaskan bahwa tidak ada perkataan yang paling baik, kecuali seruan orang yang mengajak kepada Allah. Ia mengingatkan sejumlah pilihan metode dakwah yang bisa diterapkan oleh setiap dai, yakni dengan ketegasan dan kelembutan.
“Dengan semangat dakwah kepada manusia menuju Allah, maka seorang dai adalah seorang yang sesungguhnya harus terus meningkatkan ‘senjatanya’. Karena berada di jalan Allah, pasti akan mendapat pertolongan Allah,” tegas Ustaz Subki.
Ustaz AP, panggilan akrab Ustaz Ahmad Pranggono, menyebutkan bahwa sekolah dai bertujuan untuk menambah kebutuhan dakwah transformatif Dompet Dhuafa di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) di mana para dai yang ditugaskan akan menyampaikan dakwah rahmatan lil ‘alamin sesuai dengan core values Dompet Dhuafa.***