Berbekal tongkat serta kemampuan indera peraba, Anas Binalik (37) mendatangi kantor Social Trust Fund (STF) Dompet Dhuafa Cabang Tangerang Selatan, yang telah mandiri menjadi sebuah koperasi, beberapa waktu lalu. Kedatangan pria yang sejak lahir mengalami tunanetra ini, lantaran ingin bersilaturahmi dan menjadi anggota koperasi.
“Saya sudah 5 tahun bergabung dengan STF Dompet Dhuafa. Kedatangan saya ke sini (Kantor STF) mau silaturahmi sekaligus daftar jadi anggota koperasi dan bisa pinjam modal usaha lagi,” ujar Anas.
Dalam kesehariannya, Anas berkeliling untuk menjual 50 bungkus kerupuk Bangka di sekitar tempat tinggalnya di kawasan Kedaung, Pamulang, Tangerang Selatan. Penghasilan yang diterimanya memanglah tidak menentu, namun bapak satu orang anak ini tetap bersyukur dengan rezeki yang diterimanya.
“Alhamdulillah, memang nggak seberapa sih pendapatan saya. Tapi yang penting udah bisa mencukupi keluarga,” tuturnya.
“Pantang buat saya ngemis di jalanan, minta belas kasihan sama orang lain. Allah kasih saya kemampuan lain untuk bekerja, meski saya cacat,” tambahnya.
Menjadi tunanetra sejak lahir, kini mengharuskannya untuk terbiasa berlatih kemampuan dalam memaksimalkan fungsi indra-indra yang lainnya seperti, perabaan, penciuman, pendengaran, dan lain sebagainya, agar memudahkannya dalam mengingat letak suatu benda, tempat, hingga lokasi berjualan, dan lain sebagainya. Ia harus berusaha sekuat tenaga, agar mampu terbiasa jalani hidup layaknya orang yang normal.
Mulanya rasa putus asa sempat menghampiri pria kelahiran Tangerang, 5 April 1977 ini. Dengan keterbatasan fisik, ia merasa tidak berguna bagi orangtuanya. Namun, sang ibu kala itu selalu menasihatinya agar selalu bersyukur dengan keadaan yang diterimanya saat ini dan harus berjuang menjalani hidup sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Mendengar nasihat dari sang ibu, Anas pun semangat, dan berusaha bangkit untuk menjalani kehidupannya.
Anas mengakui, semenjak bergabung menjadi anggota STF Dompet Dhuafa, kehidupan ekonomi rumahtangganya kini semakin tercukupi. Bapak yang dikenal murah senyum ini perlahan-lahan bisa mandiri dan begitu semangat menafkahi keluarganya.
“Bersyukur sekali, dari penghasilan jualan kerupuk saja sudah bisa bayar kontrakan sama bayar sekolah anak yang masih SD,” ujarnya.
“Saat ini saya sangat berharap bisa gabung menjadi anggota koperasi STF supaya bisa pinjam modal usaha lagi dan jualan kerupuk saya semakin lancar,” harapnya.
Anas Binalik adalah gambaran sosok Ayah yang bertanggungjawab kepada keluarganya. Dengan segala keterbatasannya ia tetap menjalankan perannya sebagai kepala keluarga dengan baik. Semoga menjadi hikmah untuk kita semua, agar bersyukur dan semangat dalam menjalani kehidupan, sesulit apapun rintangan menghadang.
Program STF sendiri dikembangkan untuk memainkan fungsi bank orang miskin. Transaksi dominan yang dikembangkan adalah berbasis kepada akad dana kebajikan (Qardhul Hasan). Sumber dananya berasal dari zakat, infak, sedekah, dana Corporate Social Responsibility (CSR) serta dana sosial lainnya. Dengan demikian, para dhuafa yang memerlukan bantuan dapat segera dibantu dan diberdayakan, agar mereka para dhuafa kembali tersenyum dan meraih mimpi, seperti halnya yang dirasakan Anas Binalik beserta ratusan pemetik manfaat lainnya dari program ini. (Dompet Dhuafa/Uyang)