ROTE, NUSA TENGGARA TIMUR — Mobil bak terbuka yang kami tumpangi melaju kencang. Seolah tak sabar ingin melintas batas menyampaikan amanah kurban. Mobil yang diisi oleh tim distribusi THK 1437 H tersebut membawa misi “Berbagi Keberahan Kurbanesia”, seperti terlihat pada spanduk yang digantung disamping mobil tersebut. Tujuan pertama pendistribusian daging kurban THK adalah Desa Oenggae Kecamatan Pantai Baru. Perjalanan ditempuh selama satu jam dari titik pemotongan hewan di Papela.
Sesampainya di Desa Oenggae, kami langsung menuju Masjid Ar Rahman, dan di sana telah menunggu Bapak La Ode Maeling selaku imam masjid tersebut. Kami disambut dengan hangat. Mungkin inilah yang disebut indahnya ukhuwah. Entah di mana kita bertemu dengan saudara seiman, rasanya sangat dekat dan hangat. Tim distribusi segera menurunkan paket daging kurban sebanyak 116 paket dan ditempatkan di beranda masjid. Bapak imam langsung mengumumkan kepada warga menggunakan pengeras suara masjid agar warga segera berkumpul di masjid untuk menerima pembagian daging kurban. Tak lama warga berkumpul. Mulai ibu-ibu, anak-anak hingga bapak-bapak juga ikut datang. Akhirnya perwakilan tim distribusi THK ISM Papela Malole menyerahkan secara simbolis daging kurban kepada imam masjid Bapak La Ode Maeling untuk dibagikan kepada saudara-saudara muslim di Desa Oenggae.
Selesai di satu titik, masih harus berlanjut ke dua titik lainnya. Selama perjalanan kami ditemani dengan hamparan hutan, padang kering dan pepohonan bidara. Ini bukanlah perjalanan yang mudah, sesekali jalanan menanjak dan menurun. Jangan bayangkan jalan yang mulus dan teraspal, jalanan batu menemani sepanjang jalan, menambah dinamika perjalanan distribusi daging kurban THK di bumi sasando. Sasaran selanjutnya Desa Oelaba di Kecamatan Rote Barat Laut. Sesampainya disana, kami telah disambut oleh warga dan pengurus Masjid Jamiatul Islamia, lagi-lagi ukhuwah itu sangat terasa. Di titik kedua kami menurunkan 170 paket daging kurban.
Matahari semakin condong ke barat, namun distribusi belumlah selesai. Perjalanan dilanjutkan menuju Desa Batutua Kecamatan Rote Barat Laut. Keluar-masuk hutan, jalan berliku dan teriknya padang kering dipinggir jalan, seolah menguji ketahanan kami para tim distribusi kurban. Lelah memang, tapi semuanya selalu tersapu saat sampai di titik distribusi dan disambut oleh tawa dan hangatnya warga setempat.
Jam menunjukkan pukul 18.30 wita saat kami bertolak dari Desa Oeseli. Lega rasanya hati ini. amanah para pekurban telah kami tunaikan. Letih dan penat tak terasa hilang begitu saja ketika mobil mulai melaju mengarungi gelapnya malam. Temaram sinar rembulan mengiringi perjalanan kami pulang menuju Desa Papela. Jarak 95 km akan kami lalui malam ini. Suasana mobil bak terbuka tak seriuh siang tadi tatkala kami berangkat. Sunyi, hanya sesekali terdengar suara canda pengusir kantuk. Malam makin larut. Langit malam diatas Pulau Rote makin terang. Rembulan kini berani menunjukkan dirinya. Sesekali ia sembunyi dibalik gumpalan awan. Malam yang syahdu.
Seolah rembulan menyaksikan perjuangan tim distribusi menembus gelapnya malam. Menunaikan amanah menyampaikan daging kurban untuk saudara seiman nun jauh di pelosok Pulau Rote. Sinar rembulan seakan menyelimuti kami diatas goncangan mobil bak terbuka. Hangat diiringi sapuan angin malam. Beberapa dari kami tertidur pulas sambil terduduk. Berharap mimpi indah dibawah sinar rembulan yang menyaksikan. Lalu aku termenung, betapa ukhuwah bisa menguatkan jiwa menembus batas geografis, menghalau lelah fisik dan batin, semua karena ukhuwah. (Dompet Dhuafa/Rudi Dwi S)