Sejak dideklarasikan tahun 2000 lalu, isu pengentasan kemiskinan dan keberlangsungan kelestarian lingkungan hidup global menjadi dua tema penting di antara enam tema Millenium Development Goals (MDGs) lainnya. Kedua isu ini menjadi krusial dalam beberapa tahun terakhir, mengingat meningkatnya angka kemiskinan dunia akibat berbagai konflik politik-militer-sosial di berbagai negara dan perubahan iklim yang cukup ekstrim di sejumlah kawasan akibat pemanasan global (global warming).
Antara kemiskinan dan pemanasan global terdapat korelasi yang sangat dekat. Korelasi tersebut dapat ditemukan pada menurunnya produksi pangan dunia akibat seringnya bencana alam dan gelombang deforestasi hutan-hutan di dunia. Kedua persoalan ini juga menjadi isu besar Indonesia. Karena Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, dengan angka kemiskinan masih sangat tinggi. Di sisi lain, kepulauan Indonesia adalah kawasan hutan hujan tropis terbesar yang sering disebut sebagai paru-paru dunia.
Soal kemiskinan, sebuah data yang dirilis FAO (Food and Agriculture Organization) – Lembaga Pangan dan Pertanian resmi dibawah PBB – menunjukkan fakta yang cukup mengejutkan. Konflik politik-militer dan perubahan iklim ekstrim yang terjadi telah mengakibatkan krisis pangan dunia dalam beberapa tahun terakhir. Akibat krisis itu, banyak penduduk dunia yang kesulitan untuk memenuhi hajat pangan mereka. Mereka yang terjerat dalam kemiskinan semakin bertambah. FAO menyebutkan, angka kemiskinan dunia saat ini mencapai 1,02 miliar. Jumlah ini naik 11 persen dari tahun lalu 915 juta orang.
Laporan UNDP (United Nations Development Program) seakan memperkuat data FAO. Tahun lalu, lembaga ini merangking 103 negara berkembang, termasuk Indonesia, untuk mengukur tingkat kemiskinan dengan menggunaan sistem MPI (Multidimensional Poverty Index) alias indeks kemiskinan dilihat dari segala bidang kehidupan. Nilai skor paling rendah adalah negara yang tingkat kemiskinan sangat rendah, sedangkan tertinggi adalah tingkat kemiskinan tertinggi.
Hasilnya, UNDP mengukur tingkat kemiskinan Indonesia berada pada peringkat 53 dari 103 (skor 0,0953), sedangkan peringkat pertama adalah negara slovakia (skor 0,000 / negara terkategori tidak miskin), sedangkan peringkat 103 adalah negara Nigeria (skor 0,6425/paling miskin).
Di Asia Tenggara, Indonesia hanya lebih beruntung dari Laos dan Kamboja, dan satu peringkat lebih miskin dari Myanmar. Indonesia juga terpaut jauh dari Vietnam (50), Filipina (48), dan Thailand (16). Sedangkan Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam tidak masuk dalam 103 negara yang diukur UNDP. Laporan ini tentu sangat menyedihkan.
Sementara itu, ancaman perubahan iklim dunia akibat deforestasi di berbagai negara sebagai efek dari perkembangan arus industrialisasi cukup mengkhawatirkan. Sebagai paru-paru dunia, arus deforestasi hutan di Indonesia menjadi permasalahan serius, khususnya sejak tahun 70-an. Luas hutan alam asli Indonesia menyusut cepat. Hingga kini, Indonesia telah kehilangan hutan aslinya hingga 72 persen (World Resource Institute,1997). Ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu kawasan dengan tingkat kerusakan hutan tertinggi di dunia. Sampai tahun 2003, luas hutan di seluruh Indonesia menyusut hingga 101,73 juta hektar.
Mengurangi angka kemiskinan dan melestarikan lingungan hidup untuk mencegah pemanasan global adalah dua tantangan berat yang dihadapi saat ini. Tidak saja kesadaran politik yang diperlukan dari pemerintah, tapi setiap elemen bangsa ini harus mempunyai kesadaran bersama untuk mengatasi dua persoalan tersebut dalam tingkatan kemampuan masing-masing.
Kembali, Sedekah Pohon
Hari Pohon Sedunia yang jatuh setiap 21 November semestinya menjadi pengingat bagi semua pihak untuk mempertahankan bumi dari upaya deforestasi liar dan berlebihan. Kesadaran untuk memelihara kehijauan alam dan lingkungan menjadi tanggung jawab setiap penduduk bumi. Memelihara lingkungan hidup di bumi akan sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan umat manusia sebagai penghuninya. Mencegah pemanasan global dan perubahan iklim dunia akibat penggundulan hutan juga akan mendorong pengurangan jumlah kemisikinan jika dilakukan secara terencana dan strategis.
Setahun lalu, Dompet Dhuafa meluncurkan sebuah gerakan yang berdimensi ganda, yaitu pemberdayaan masyarakat miskin dan pemeliharaan lingkungan hidup. Gerakan tersebut diberi nama ‘Sedekah Pohon’, sebuah gerakan yang terilhami dari semangat untuk menekan pemanasan global dan melestarikan alam, tetapi pada saat bersamaan mendorong percepatan pengentasan kemiskinan.
Gerakan ini boleh jadi satu-satunya terobosan gagasan di dunia yang mampu menjawab sekaligus kedua tantangan dunia saat ini, kemiskinan dan pemanasan global. Bahkan bisa menjadi solusi produktif jika dilakukan secara massal dengan dukungan political will dari pemangku kebijakan.
Dalam ‘Sedekah Pohon’, masyarakat miskin tidak hanya diberikan secara gratis pohon produktif, seperti pohon buah-buahan, tetapi juga diberikan bimbingan pengelolaannya dengan dukungan bantuan dana setiap bulan. Pohon produktif adalah pohon yang memiliki nilai ekonomi tinggi sekaligus tidak kehilangan fungsi sebagai penyerap gas karbondioksia.
Sasaran program ini adalah masyarakat bawah yang bersedia mengurus pohon-pohon tersebut, dan hasil dari pengelolaan pohon tersebut seluruhnya diperuntukkan bagi mereka.
Sejak dilaksanakan Februari tahun lalu, program ini telah memberikan pemberdayaan kepada 120 orang duafa dengan 7.200 pohon yang disedekahkan. Dana insentif yang diberikan kepada keluarga duafa bersumber dari sedekah para donatur. Sedekah tersebut bersifat khusus karena dikonversi dengan nilai satu pohon. Setiap satu pohon dihargai Rp100 ribu.
Jika ‘Sedekah Pohon’ dilakukan secara nasional, apalagi global, bukan tidak mungkin dua tujuan MDGs untuk menekan angka kemiskinan dan memelihara iklim dunia dapat tercapai. Penyelesaian permasalahan dunia seperti yang dirumuskan dalam tujuan-tujuan MDGs tidak dapat dilakukan secara terpisah, tapi harus integratif. ‘Sedekah Pohon’ adalah contoh gerakan sederhana dan terpadu dalam menjawab permasalahan kemiskinan dan pemanasan global. Melalui sedekah pohon, entaskan kemiskinan, hijaukan lingkungan. Selamat Hari Pohon Sedunia!