FOMO, Bagaimanakah Islam Memandangnya?

Fenomena FOMO (Fear of Missing Out) semakin marak di kalangan anak muda, terutama generasi Z. FOMO adalah perasaan cemas atau takut tertinggal yang muncul ketika seseorang merasa tidak ikut serta dalam suatu tren, acara, atau kegiatan yang sedang populer. Misalnya, banyak anak muda merasa “ketinggalan zaman” jika tidak menonton konser musik terkini, tidak mendapatkan koleksi terbaru seperti mainan Labubu, atau tidak mengikuti tren media sosial yang sedang viral.

Munculnya FOMO ini tidak terlepas dari pengaruh teknologi dan media sosial yang membuat informasi menyebar begitu cepat. Generasi Z, yang tumbuh besar di era digital, sering kali merasa harus terus mengikuti perkembangan agar tidak merasa terisolasi atau tertinggal. Namun, bagaimana sebenarnya pandangan Islam terhadap FOMO? Apakah perasaan ini sesuai dengan ajaran Islam, atau justru perlu dihindari? Mari kita bahas lebih lanjut.

Apa Itu FOMO dan Mengapa Terjadi?

FOMO adalah sebuah fenomena psikologis yang menggambarkan kecemasan seseorang karena merasa tertinggal atau tidak terlibat dalam suatu aktivitas sosial atau tren. Media sosial menjadi salah satu penyebab utama munculnya FOMO, karena setiap saat kita bisa melihat aktivitas teman-teman, selebriti, atau bahkan orang asing yang sedang menikmati momen tertentu.

Ketika melihat orang lain menghadiri konser musik besar, mengoleksi barang-barang edisi terbatas, atau berlibur ke tempat eksotis, sebagian orang merasa harus melakukan hal yang sama agar tidak merasa tersisih. Dampaknya, FOMO dapat memengaruhi kesehatan mental, membuat seseorang merasa cemas, tidak puas, dan selalu ingin mencari kesenangan dari hal-hal yang sifatnya sementara.

Islam memiliki pandangan yang komprehensif mengenai cara hidup, termasuk bagaimana seharusnya seseorang menyikapi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Berikut adalah beberapa perspektif Islam yang relevan untuk menilai fenomena FOMO:

  1. Kepuasan Diri dan Qana’ah (Rasa Cukup)
    Islam mengajarkan untuk selalu merasa cukup dan bersyukur dengan apa yang dimiliki. Rasa qana’ah membantu seseorang untuk tidak terjebak dalam perlombaan duniawi yang tidak ada habisnya. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman, “Dan janganlah engkau panjangkan pandanganmu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami uji mereka dengannya. Dan karunia Tuhanmu adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Taha: 131). Ayat ini mengingatkan kita agar tidak terpesona dengan kesenangan dunia yang sifatnya sementara dan tetap fokus pada hal-hal yang lebih abadi.
  2. Zuhud dan Sederhana dalam Menjalani Kehidupan
    Dalam Islam, konsep zuhud berarti menjauhkan diri dari ketergantungan berlebihan terhadap hal-hal duniawi. Ini bukan berarti menghindari dunia sepenuhnya, tetapi menjaga agar hati tidak terlalu terpaut pada kesenangan dunia. Rasulullah SAW bersabda, “Bukanlah orang yang zuhud itu orang yang meninggalkan dunia sama sekali, akan tetapi orang yang zuhud adalah orang yang lebih yakin dengan apa yang ada di sisi Allah daripada apa yang ada di tangan manusia.” (HR. Ahmad). Dengan memiliki sikap zuhud, seorang Muslim tidak akan mudah terpengaruh oleh FOMO dan dapat menjalani kehidupan dengan lebih tenang.
  3. Keseimbangan antara Dunia dan Akhirat
    Islam menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat. Memiliki hobi, menghadiri acara, atau menikmati hal-hal duniawi tidaklah salah selama tidak melupakan kewajiban kita kepada Allah. Jangan sampai FOMO membuat kita melupakan ibadah, melalaikan kewajiban, atau melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, Rasulullah SAW bersabda, “Beramallah untuk duniamu seolah-olah engkau akan hidup selamanya, dan beramallah untuk akhiratmu seolah-olah engkau akan mati besok.” Ini menekankan pentingnya tidak berlebihan dalam mengejar kesenangan dunia.

Bagaimana Cara Mengatasi FOMO Menurut Islam?

Untuk mengatasi FOMO, seorang Muslim dapat menerapkan beberapa langkah berikut yang sesuai dengan ajaran Islam:

  1. Memperkuat Rasa Syukur dan Bersyukur atas Nikmat yang Ada
    Salah satu cara terbaik untuk mengatasi FOMO adalah dengan memperbanyak rasa syukur. Mengingat bahwa setiap orang memiliki rezeki yang berbeda-beda dan Allah memberikan apa yang terbaik bagi hamba-Nya adalah kunci untuk mengurangi perasaan cemas akibat FOMO. Setiap kali merasa tidak puas, cobalah untuk mengingat semua nikmat yang sudah Allah berikan.
  2. Memprioritaskan Ibadah dan Kegiatan yang Bermanfaat
    Daripada sibuk mengejar tren terbaru, lebih baik kita memfokuskan diri pada hal-hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan umat. Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad). Menggunakan waktu dan energi untuk hal-hal yang bermanfaat akan membantu kita terhindar dari perasaan tidak puas dan mengurangi kecemasan yang ditimbulkan oleh FOMO.
  3. Membatasi Penggunaan Media Sosial
    Karena media sosial adalah pemicu utama FOMO, membatasi waktu penggunaan media sosial dapat membantu mengurangi perasaan cemas. Atur waktu tertentu untuk membuka media sosial dan jangan menjadikannya sebagai prioritas utama dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini juga sesuai dengan anjuran Islam untuk menghindari hal-hal yang tidak bermanfaat.
  4. Merenungkan Akhirat dan Kehidupan yang Sebenarnya
    Fokus pada akhirat akan membuat kita lebih tenang dalam menjalani kehidupan dunia. Ingatlah bahwa kehidupan dunia hanya sementara dan yang terpenting adalah bagaimana kita mempersiapkan diri untuk kehidupan selanjutnya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW mengingatkan, “Jadilah engkau di dunia ini seolah-olah engkau adalah orang asing atau seorang musafir.” (HR. Bukhari). Ini mengajarkan kita untuk tidak terlalu terikat pada hal-hal duniawi dan selalu mengingat tujuan akhir hidup kita.

Islam tidak melarang umatnya untuk menikmati kehidupan dunia selama tidak melupakan ibadah dan tetap berada dalam batas-batas syariat. Akan tetapi, Islam mendorong umatnya untuk hidup dengan cara yang seimbang, tidak berlebihan dalam mengejar kesenangan dunia, dan tidak terjebak dalam perlombaan yang hanya memuaskan hawa nafsu.

FOMO bisa diatasi dengan memperkuat iman dan rasa syukur, serta dengan menjalani kehidupan yang lebih sederhana dan bermakna. Menghindari kecemasan akibat FOMO bukan hanya tentang membatasi keinginan mengikuti tren, tetapi juga tentang menyadari nilai-nilai hidup yang lebih tinggi dan mulia.

FOMO adalah fenomena yang banyak dialami oleh anak muda, terutama di era digital yang serba cepat ini. Namun, sebagai seorang Muslim, kita diajarkan untuk hidup dengan penuh rasa syukur, seimbang, dan tidak berlebihan dalam mengejar hal-hal duniawi. Islam menawarkan panduan hidup yang membantu kita menghindari kecemasan berlebihan dan memberikan fokus pada hal-hal yang lebih bermakna, baik di dunia maupun akhirat.

Mari kita jadikan ajaran Islam sebagai pedoman untuk menjalani hidup dengan lebih tenang dan tidak terbebani oleh tren yang selalu berubah. Dengan begitu, kita bisa mencapai kebahagiaan yang hakiki dan tidak mudah tergoyahkan oleh rasa cemas karena tertinggal.