BOGOR — Lagi-lagi, Kampoeng Silat Jampang (KSJ) kembali menggelar festival budaya tahunan “Festival KSJ”. Sebanyak 52 perguruan silat ramai-ramai datang untuk bersilaturrahmi sekaligus unjuk gigi jurus-jurus yang dipelajari. Helatan Festival KSJ yang ke-10 ini berlangsung di Kawasan Terpadu Zona Madina Dompet Dhuafa, Jl. Raya Parung, Kemang, Bogor, Jawa Barat, pada Minggu (20/11/2022).
Rangkaian acara ini dimulai dengan sambutan-sambutan dan pembukaan yang ditandai dengan pemukulan gong oleh para dewan guru silat. Kemudian dilanjutkan dengan pawai pesilat dan penampilan dari masing-masing perguruan pencak silat. Kemeriahan acara ini dihadiri oleh lebih dari 300 pesilat dan 52 Dewan Guru KSJ.
Dalam sambutannya, Ketua KSJ Herman Budianto mengajak seluruh pesilat dan pegiat budaya untuk terus menggemakan dan melestarikan budaya silat sebagai kebanggaan bersama. Jangan sampai, silat yang sudah diakui UNESCO sebagai warisan budaya, justru malah semakin menurun. Ada banyak cara untuk melakukannya, termasuk dengan aktif melestarikan melalui media sosial dan platform digital lainnya.
Ia juga berseru untuk menjadikan silat sebagai lifestyle, baik dari segi olahraga maupun cara bersikap. “Kita jadikan silat sebagai lifestyle. Saat ini, saya rasa silat masih belum menjadi gaya hidup. Indikator ini menjadi gaya hidup adalah, setiap tempat dan waktu, di manapun dan kapanpun, kita selalu latihan silat. Jadikan silat sebagai olahraga sehari-hari,” tuturnya.
Dengan begitu, ia berharap para pesilat mampu berprestasi di manapun, khususnya bagi para pelajar. Maka, kini menjadi tantangan bagi para guru untuk mengajarkan silat sebagai gaya hidup bagi murid-muridnya hingga kelak menjadi tua. Sebab, katanya, silat tidak ada kata pensiun. Sampai tua pun pesilat adalah pesilat dan harus terus berlatih silat.
Senanda dengan itu, Direktur Dakwah, Budaya & Pelayanan Masyarakat Dompet Dhuafa Ust. Ahmad Shonhaji mengatakan, kegiatan ini merupakan salah satu cara untuk melestarikan, menjaga dan menggaungkan apa yang dicanangkan oleh UNESCO, yaitu silat sebagai warisan budaya asli Nusantara. Sebanyak 52 perguruan yang tergabung, tentu juga memiliki 52 model pengembangan silat. Ini juga menjadi contoh yang bisa ditampilkan sebagai semangat kepada pemerintah, bahwa silat tidak akan punah menjadi tradisi Nusantara.
“Kali ini, para guru dan murid dari berbagai perguruan sama-sama kumpul, membuktikan bahwa silat akan terus berkembang. Wadah ini kami gelar untuk memberikan motivasi kepada para siswa untuk menampilkan yang terbaik apa yang dipelajari di masing-masing paguyubannya. Mari kita jadikan silat sebagai kekayaan budaya Nusantara,” ucapnya.
Kepada guru-guru besar yang sedemikian waktu tidak pernah lelah mengajarkan gerakan-gerakan silat, melalui Festival KSJ ini, Dompet Dhuafa ingin memberikan apresiasi atas apa yang diajarkan dengan penampilan setiap perguruan. Maka dalam kesempatan ini pula, KSJ memberikan 3 (tiga) macam apresiasi, yaitu “Tokoh Budaya Pencak Silat”, “Majelis Tinggi Pendekar”, dan “Dewan Guru”.
Pagelaran tradisi silat ini juga dihadiri oleh Bapak Pencak Silat Dunia, Eddie Marzuki Nalapraya. Ia memberikan apresiasi yang tinggi kepada KSJ yang selalu rutin menggelar acara festival silat ini. Menurutnya, festival seperti ini harus terus diselenggarakan.
“Memperjuangkan budaya silat untuk diakui UNESCO membutuhkan waktu bertahun-tahun. Maka jangan sampai dicabut kembali pengakuan ini karena kita pasif tidak melestarikan budaya silat,” tutur Mayjen TNI (Purn) tersebut yang juga turut membuka acara festival ini. (Dompet Dhuafa / Muthohar)