TANGERANG SELATAN — Gempa berkekuatan 5,6 magnitudo baru saja mengguncang wilayah Cianjur, pada Senin (21/11/2022), pukul 13.21 WIB. Gempa dengan titik pusat berada pada tingkat kedalaman 10 kilometer barat daya Kabupaten Cianjur, Jawa Barat ini dirasakan hingga di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Warga di Cianjur merasakan guncangan ini cukup kuat selama 10 – 15 detik. Merespon kejadian ini, tim Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa yang bermarkas di Jl. Menjangan Raya, Ciputat Timur, Tangerang Selatan langsung bergegas menuju lokasi kejadian.
Hingga berita ini disiarkan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur melaporkan sebanyak 17 orang meninggal dunia dan 19 orang warga alami luka-luka cukup berat. Sedangkan rumah rusak berat sebanyak 343 unit. Beberapa fasilitas lainnya yang rusak adalah pondok pesantren, RSUD Cianjur, 2 gedung pemerintah, 3 fasilitas pendidikan, 1 tempat ibadah, serta ada jalanan yang terputus.
Untuk pergerakan awal tim DMC Dompet Dhuafa saat ini ada 5 tim: (1) tim alfa dengan armada hilux melalui rute jalur Jakarta-Jonggol-Cianjur berjumlah 4 personil; (2) tim Bravo dengan armada hilux bergerak dari kota Kukabumi-Cianjur berjumlah 3 personil; (4) tim Carli dengan personil dari tim DD Jabar melalui lintas Bandung-Cianjur; dan (5) tim Delta bergerak dari Jakarta-Cipanas (Cigenang) menggunakan kendaraan roda dua dengan 2 personil
Chief Executive DMC Dompet Dhuafa Haryo Mojopahit mengatakan, segenap keluarga besar Dompet Dhuafa turut berduka cita atas apa yang terjadi pada saudara-saudara yang berada di Cianjur. Saat tiba di lokasi, tim DMC langsung berkoordinasi dan melakukan evakuasi serta pelayanan kesehatan darurat.
“Setiba di lokasi, Dompet Dhuafa fokus pada evakuasi dan pelayanan kesehatan darurat. Dompet Dhuafa akan terus memberikan kabar terbaru kondisi terdampak gempa bumi di Cianjur. Mari panjatkan doa untuk keselamatan dan perlindungan dari Allah SWT bagi para penyintas terdampak gempa bumi. Serta berikan semangat bagi para pegiat kemanusiaan yang terjun membantu penanganan darurat gempa bumi,” ujar Haryo.
Berdasarkan kajian inaRISK, sebanyak 32 kecamatan di Kabupaten Cianjur memiliki potensi bahaya gempa bumi dengan kategori sedang hingga tinggi. BNPB maupun siapa saja tidak ada yang dapat memprediksi kapan terjadinya bencana. Maka yang terpenting adalah bagaimana upaya yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun masyarakat saat bencana terjadi.
“Bencana adalah suatu misteri. Yang pasti, kita harus selalu siap di mana pun dan kapan pun saat terjadi bencana. Juga bagaimana upaya-upaya kita dengan kolaborasi dan solidaritas yang sungguh-sungguh agar penanganan bencana dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya,” pungkas Haryo. (Dompet Dhuafa / DMC / PR)