Fenomena Gen Z Sulit Dapat Kerja: Mengapa dan Bagaimana Mengatasinya?

Generasi Z, atau yang sering disebut Gen Z, adalah generasi yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012. Mereka dikenal sebagai generasi yang sangat akrab dengan teknologi, internet, dan media sosial. Namun, meski tumbuh di era digital, banyak dari mereka yang menghadapi tantangan besar dalam memasuki dunia kerja. Mengapa Gen Z mengalami kesulitan ini? Apa yang menyebabkan mereka sulit mendapatkan pekerjaan, dan bagaimana kita bisa membantu mereka keluar dari situasi ini?

1. Kurangnya Pengalaman Kerja

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh Gen Z adalah kurangnya pengalaman kerja. Sebagai lulusan baru, banyak dari mereka yang belum memiliki pengalaman profesional yang cukup. Sementara itu, banyak perusahaan yang lebih memilih kandidat dengan pengalaman kerja minimal 2-3 tahun, sehingga lulusan Gen Z sering kali kalah bersaing dengan kandidat yang lebih berpengalaman.

Menurut survei yang dilakukan oleh LinkedIn pada tahun 2023, sekitar 45% pemberi kerja mengidentifikasi kurangnya pengalaman kerja sebagai kendala utama bagi Gen Z untuk mendapatkan pekerjaan. Ketidakcocokan antara kualifikasi yang dimiliki Gen Z dengan persyaratan yang diminta oleh perusahaan membuat mereka sulit untuk masuk ke pasar kerja.

2. Ketidakcocokan Keterampilan dengan Kebutuhan Industri

Meskipun Gen Z adalah generasi yang melek teknologi, banyak dari mereka yang menghadapi masalah ketidakcocokan keterampilan dengan kebutuhan industri. Keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja modern, seperti coding, analisis data, dan digital marketing, belum sepenuhnya diajarkan di banyak lembaga pendidikan formal.

Laporan World Economic Forum (WEF) tahun 2023 mengungkapkan bahwa 40% keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja saat ini adalah keterampilan digital. Namun, banyak lulusan Gen Z yang tidak memiliki keterampilan teknis ini, sehingga mereka kesulitan bersaing di pasar kerja yang semakin kompetitif.

3. Ekspektasi yang Tinggi Terhadap Pekerjaan

Gen Z dikenal memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap pekerjaan dan karir mereka. Mereka mencari pekerjaan yang tidak hanya menawarkan gaji yang layak, tetapi juga fleksibilitas, kesempatan untuk berkembang, dan lingkungan kerja yang mendukung keseimbangan hidup. Namun, realitas pasar kerja sering kali tidak sesuai dengan ekspektasi tersebut, terutama untuk posisi entry-level.

Banyak dari mereka yang menolak pekerjaan dengan gaji rendah atau posisi yang dianggap kurang menarik, dengan harapan bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih sesuai dengan ekspektasi mereka. Namun, hal ini juga menyebabkan mereka lebih lama berada dalam status pengangguran.

4. Persaingan yang Semakin Ketat

Tingkat persaingan di pasar kerja semakin meningkat, terutama dengan adanya pertumbuhan populasi yang signifikan. Setiap tahun, jutaan lulusan baru memasuki pasar kerja, sementara jumlah lapangan kerja yang tersedia tidak selalu bertambah dengan cepat. Hal ini membuat persaingan menjadi semakin ketat, dan Gen Z harus bersaing tidak hanya dengan sesama generasi mereka, tetapi juga dengan generasi milenial yang sudah memiliki lebih banyak pengalaman.

5. Dampak Transformasi Digital

Transformasi digital yang pesat juga memberikan tantangan tersendiri bagi Gen Z. Banyak perusahaan yang beralih ke digitalisasi, otomatisasi, dan penggunaan teknologi canggih, yang mengubah struktur pekerjaan dan mengurangi kebutuhan akan tenaga kerja di sektor-sektor tradisional. Gen Z yang tidak cepat beradaptasi dengan perubahan ini, terutama mereka yang belum memiliki keterampilan digital, akan semakin sulit bersaing di pasar kerja.

Baca juga: Jobless di Indonesia? Ini Penyebabnya dan Cara Mengatasi Pengangguran

Bagaimana Zakat Produktif Bisa Membantu Gen Z Keluar dari Pengangguran?

Di tengah tantangan ini, ada solusi yang dapat membantu Gen Z, terutama mereka yang kesulitan mendapatkan pekerjaan, yaitu melalui program zakat produktif. Zakat produktif adalah bentuk zakat yang tidak hanya diberikan dalam bentuk bantuan konsumtif, tetapi juga digunakan untuk memberdayakan penerima zakat agar bisa mandiri secara ekonomi.

Dompet Dhuafa, salah satu lembaga zakat terkemuka di Indonesia, memiliki program khusus yang dirancang untuk membantu kaum muda, termasuk Gen Z, agar bisa mendapatkan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri. Salah satu program andalan Dompet Dhuafa adalah Institut Kemandirian, yang bertujuan untuk membekali anak-anak muda, khususnya yang dhuafa, dengan keterampilan dan pengetahuan yang dapat digunakan untuk memasuki dunia kerja atau bahkan memulai usaha sendiri.

Institut Kemandirian Dompet Dhuafa menawarkan pelatihan di berbagai bidang, seperti teknik, wirausaha, dan keterampilan digital, yang semuanya disesuaikan dengan kebutuhan pasar kerja saat ini. Melalui program ini, peserta tidak hanya mendapatkan pelatihan keterampilan, tetapi juga pendampingan dan akses ke modal usaha, sehingga mereka bisa lebih siap bersaing di pasar kerja atau mengembangkan usaha mereka sendiri.

Menurut laporan tahunan Dompet Dhuafa tahun 2023, program Institut Kemandirian telah berhasil melatih lebih dari 10.000 pemuda dhuafa, dan banyak dari mereka yang kini telah bekerja atau membuka usaha sendiri. Program ini tidak hanya membantu mereka keluar dari lingkaran pengangguran, tetapi juga memberikan harapan dan kesempatan untuk membangun masa depan yang lebih baik.

Fenomena Gen Z sulit dapat kerja adalah tantangan yang nyata, dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kurangnya pengalaman kerja, ketidakcocokan keterampilan dengan kebutuhan industri, ekspektasi yang tinggi terhadap karir, dan persaingan yang semakin ketat. Meskipun tantangan ini signifikan, ada banyak cara untuk membantu mereka mengatasi kesulitan ini, salah satunya melalui program zakat produktif.

Salah satu penerima manfaat dari Institut Kemandirian Dompet Dhuafa yang dilatih di bidang digital.

Dengan memanfaatkan zakat produktif, seperti yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa melalui Institut Kemandirian, Gen Z dapat memperoleh keterampilan yang relevan, mendapatkan dukungan untuk memulai usaha, dan keluar dari status pengangguran. Ini bukan hanya solusi jangka pendek, tetapi juga investasi jangka panjang dalam memberdayakan generasi muda dan mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia.

Mari kita mendukung program-program seperti ini, yang memberikan kesempatan bagi Gen Z untuk mengembangkan diri dan mencapai kemandirian ekonomi. Dengan langkah-langkah yang tepat, kita bisa membantu mereka menemukan jalan menuju karir yang sukses dan masa depan yang lebih cerah. 

Apapun Profesinya, Bayar Zakat Penghasilannya di Dompet Dhuafa