Yuli Pujihardi (tengah), saat menjadi pembicara dalam acara talkshow Duta Ramadhan yang diadakan oleh Remaja Islam Mesjid Cut Mutia (RICMA) di Gandaria City, beberapa waktu lalu. (Foto: Radinal/Dompet Dhuafa)
JAKARTA-Setiap Ramadhan, khususnya menjelang Idul Fitri, kita kerap melihat tayangan di televisi tentang tewasnya dhuafa karena mengantri untuk mendapatkan zakat dari muzakki. Hal ini tidak akan terjadi jika muzakki tersebut menitipkan zakatnya di lembaga yang menghimpun zakat, infaq, wakaf, shodaqoh.
Sebagai lembaga yang menghimpun zakat, infaq, wakaf, dan sodaqoh, Dompet Dhuafa menerima titipan uang dari muzakki untuk disampaikan kepada dhuafa dengan aman dan tidak menghasilkan korban jiwa.
Hal itulah yang disampaikan oleh Yuli Pujihardi, Direktur Eksekutif Dompet Dhuafa, di acara talkshow Duta Ramadhan yang diadakan oleh Remaja Islam Mesjid Cut Mutia (RICMA) di Gandaria City, beberapa waktu lalu. Selain disampaikan kepada yang berhak, Dompet Dhuafa juga mempunyai program unggulan untuk memberdayakan dhuafa agar bisa hidup mandiri dan bermartabat. Program unggulan tersebut di bidang pendidikan, kesehatan, dan pendampingan ekonomi.
Lebih lanjut, Yuli menjelaskan tentang sekolah SMART Ekselensia dan Rumah Sehat terpadu, beberapa contoh hasil pengelolaan zakat yang muzakki titipkan di Dompet Dhuafa. SMART Ekselensia adalah salah satu sekolah beasiswa akselerasi berasrama (masa studi SMP-SMA lima tahun) untuk siswa laki-laki. Siswa yang sekolah di sana adalah anak-anak dhuafa dari seluruh Indonesia yang telah diseleksi. Begitu pula dengan Rumah Sehat Terpadu (RST) dimana pasien dhuafa dan memenuhi syarat bisa berobat termasuk cuci darah secara gratis. Semua itu terlaksana dari zakat yang dihimpun.
Salah satu pundi himpunan zakat tersebut dari gelaran Ramadhan Jazz Festival (FJF) yang diadakan oleh RICMA beberapa waktu lalu.
“Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang luar biasa dalam program kerja sama RJF kemarin. Donasi yang kami terima dari RJF meningkat seratus persen lebih. Ini hal yang luar biasa”, tutut Yuli.
Selain Dompet Dhuafa, dalam acara talkshow tersebut hadir juga Lutfiel Hakim dari Indonesia Halal Center. Lutfiel menjelaskan bahwa mengonsumsi makanan dan minuman halal tidak hanya sebagai tanda ketaatan tetapi juga terdapat potensi ekonomi yang besar. Hal ini terbukti dari negara non-muslim seperti Thailand yang mendeklarasikan dirinya sebagai the largest halal kitchen in the world. Kenyataan ini membuat kita sebagai negara berpenduduk muslim terbanyak di dunia tercengang.
Lutfiel menjelaskan bahwa di Indonesia, halal masih dimaknai sebagai by default. Jeruk, misalnya, merupakan buah halal. Namun ketika sudah menjadi jus jeruk maka kehalalan jerus tersebut dipertanyakan. Mungkin saja selama masa produksi dari jeruk hingga menjadi jus jeruk ada zat-zat yang ditambahkan sehingga membuat jus tersebut menjadi haram. Lutfiel mengajak teman-teman dari RICMA untuk membudayakan halal.
Duta Ramadhan adalah rangkaian terakhir dari acara Gema Ramadhan yang diadakan oleh RICMA. Beberapa tujuan dari acara ini untuk membahas isu yang sedang hangat dibicarakan di masyarakat dan ada kaitannya terhadap Islam di masa sekarang dan untuk menjadi ajang bagi generasi muda dan masyarakat umum untuk mendapatkan ilmu. (Erni)
Editor: Uyang
#Ramadhan, Ambil Berkahnya
“22 tahun Dompet Dhuafa Tumbuh Bersama, mari bergandeng tangan wujudkan kemandirian”