TANGERANG — Gigih Satria Putra (24), pemuda asal Ponorogo ini jauh-jauh ke Tangerang untuk mengikuti Adira Academy untuk pelatihan otomotif. Ia menceritakan kalau motivasi utama mengikuti pelatihan, tentu orang tuanya.
“Mikirnya pasti kan ke depannya nanti. Sebelum ke sini kan saya kerja di tempat fotocopy. Selama kerja empat tahun di fotocopy itu, saya kerja seharinya 12 jam. Saya merasa dengan kerja selama 12 jam dan pulang-pulang capek, itu gaji habis untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tapi seharusnya sudah bisa membantu kedua orang tua, tapi belum bisa,” ujarnya, ketika ditemui seusai tasyakuran di Institute Kemandirian Dompet Dhuafa, Islamic Village, Karawaci, Tangerang (10/9/2019).
Kendati orang tua menjadi motivasinya. Namun kedua orang tuanya menjadi penghalang. Mereka mempunyai rencana yang berbeda. Mereka ingin agar Gigih tetap di daerahnya. Setidaknya tak sejauh di Tangerang, dan di Tangerang tidak memiliki kerabat. Sehingga menjadi suatu hal yang wajar apabila orang tua mengkhawatirkan anaknya.
“Pertama itu keluarga sempat ragu-ragu, takut, khawatir, takut ditipu. Tapi saya mencoba meyakinkan. Bahkan sempat orang tua mau “cari teman” saja jika ingin kerja di bengkel. Tapi saya pikir kalau belum paham betul, malah jatuhnya merepotkan bengkel sendiri. Walapun Saya dasarnya SMK otomotif, tapi jujur saja, malah nggak fokus ke pelajaran waktu itu. Nggak fokus karena merasa belum membutuhkan juga, terus pikiran anak sekolah kan yang lain-lain,” jelas lelaki asal Dukuh Bondalem, Kelurahan Tanjung Gunung, Kecamatan Badegan, Ponorogo.
Beliau memilih otomotif karena menurutnya transportasi merupakan hal penting. Jika ada pepatah yang memberi urutan kalau kebutuhan itu harus dimulai dari sandang, pangan dan papan. Ia melihat kalau urutannya itu seharusnya sandang dan transportasi. Dua tadi adalah hal penting. Baru yang lainnya akan mengikuti.
“Kita harus makan tiga kali sehari untuk bisa memulai aktivitas. Namun ketika hendak memulai aktivitas kita pasti memerlukan kendaraan atau transportasi. Baik yang jaraknya dekat dan jauh, pasti orang ingin menggunakan kendaraan. Makanya saya harus memperdalama bagian otomotif. Karena transportasi merupakan hal yang penting,” terangnya.
Sebagai penutup, ia berpesan agar selalu mandiri. Karena dengan mandiri, itu merupakan salah satu kunci kesuksesan dan bukti nyata kalau orang tersebut sudah dewasa, serta mampu memberikan kontribusinya ke masyarakat.
”Ya minimal kita jangan tergantung pada orang lain. Harus mandiri, karena dengan mandiri kita bisa melakukan apa yang menjadi tanggung jawab kita. Misalnya membantu orang tua. Jadi ketika orang sudah punya tanggung jawab, seharusnya tidak perlu merepotkan orang lain. Rencananya sih mau buka bengkel di kampung. Tapi lihat nanti. Semua itu tergantung dengan bagaimana daya serap terhadap ilmu,” tutup Gigih. (Dompet Dhuafa/Fajar)