Foto: Dokumentasi SGI Dompet Dhuafa
KUBU RAYA—Para guru dari Sekolah Guru Indonesia (SGI) Dompet Dhuafa secara rutin melaksanakan program pemberdayaan masyarakat di lokasi penempatan, salah satunya di desa Tasik Malaya, Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Kuburaya, Kalimantan Barat.
Desa Tasik Malaya dihuni oleh masyarakat Melayu, Madura dan beberapa masyarakat pendatang lainnya. Setelah sepuluh bulan berada di Kubu Raya, banyak kegiatan berbasis pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan para guru SGI Dompet Dhuafa, di antaranya adalah kerja sama dengan pemerintah desa dan masyarakat Tasik Malaya.
Menurut peserta SGI Dompet Dhuafa, Aulia Fauziah, program yang sedang berlangsung di antaranya penuntasan buta aksara dan pendirian PAUD. PAUD Al-hidayah yang didirikan sejak April 2014 lalu adalah hasil kerja sama pemerintah desa dan guru SGI.
“Angkatan pertama yang dididik telah lolos untuk masuk jenjang sekolah dasar tahun ajaran 2014-2015,” katanya.
Selain itu, menurut dia, pada akhir September ini, guru-guru dari SGI Dompet Dhuafa juga melaksanakan serangkaian kegiatan di daerah Tasik Malaya.
Mereka mengadakan penyuluhan pendidikan dan parenting kepada masyarakat pada Jumat (26/9). Kegiatan itu diisi oleh Endang S, bidan setempat dan Fachruddien Imam dari SGI Dompet Dhuafa. Penyuluhan tersebut bertemakan “Peran Orang Tua Terhadap Keberhasilan Anak” yang dibahas dari sisi kesehatan dan pendidikan.
Samiril, kepala desa setempat menyatakan dukungannya terhadap kegiatan tersebut, karena masih banyak ditemukan masyarakat yang melakukan praktik pernikahan dini. Dengan begitu, pemahaman akan pentingnya peran orang tua mesti lebih ditingkatkan.
Pada hari berikutnya, tim guru dari SGI Dompet Dhuafa membuat kegiatan lomba untuk PAUD sebagai upaya untuk evaluasi sejauh mana perkembangan PAUD yang telah berjalan beberapa bulan tersebut.
Lomba yang diikuti oleh seluruh siswa PAUD diantaranya, cerdas cermat, mewarnai, hafalan surat pendek sampai “fashion show”. Anak-anak terlihat antusias dengan lomba tersebut meski dilaksanakan di hari libur mereka.
Rangkaian kegiatan itu ditutup dengan penyuluhan “sex eucation” yang diberikan kepada siswa SMP dan remaja setempat.
Bidan Kecamatan turut ambil bagian dalam kegiatan tersebut. Apalagi kini marak beredar isu pornografi membuat pemerintah desa mengambil langkah tersebut untuk menghindarkan generasi berikutnya dengan bahaya pornografi.
Kepala sekolah SDN 6 Batu Ampar, Buyung HS, menyayangkan maraknya pornografi yang akhir-akhir ini mulai menyerang remaja.
“Pornografi semakin cepat merebak karena aksesnya yang semakin mudah didapat. Handphone sudah bukan lagi barang mewah saat ini.dikhawatirkan jika tidak ada kerja sama yang baik dari semua pihak, akan merebak wabah yang mengerikan itu,” katanya.
Ia menambahkan, banyaknya praktik pernikahan dini sudah cukup bagi semua pihak untuk lebih waspada dengan meningkatkan kualitas hidup.
Sementara itu, Fachruddien Imam, ketua tim SGI Dompet Dhuafa di Kubu Raya mengaku senang bisa ikut serta berperan dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat tersebut.
Ia berharap dua bulan lagi ketika mereka meninggalkan Kalimantan, ada hal baik yang bisa dirasakan oleh masyarakat setempat. “Sisa waktu yang dimiliki guru-guru ini tinggal 2 bulan,” katanya.
Akan ada pergantian tim setelah ini, jika Dinas Pendidikan setempat akan melanjutkan kerja sama dengan Dompet Dhuafa. Proses “assessment” sedang dilakukan untuk mencari daerah yang masih sangat membutuhkan guru dan program pemberdayaan untuk masyarakat untuk berkembang lebih baik.
(Sumber: Antara Kalbar)