NUSA TENGGARA BARAT — Empat hari sudah anak-anak di wilayah Dusun Sajang, Desa Sembalun, Lombok, tidak mengenyam bangku sekolah, lantaran bencana alam gempa bumi yang terjadi sejak Minggu, 31 Juli 2018. Dalam kondisi darurat pengungsian, kondisi psikologis anak-anak perlu menjadi perhatian bersama. Agar aspek tumbuh-kembang dan keceriaan mereka selama di tempat pengungsian tetap terjaga.
Aspek dukungan psikososial di kondisi kebencanaan, Dompet Dhuafa menghadirkan program Sekolah Ceria: Ruang Ramah Anak yang memberikan aktivitas belajar dan bermain bagi anak-anak selama di pengungsian. Langkah ini merupakan upaya agar anak-anak tetap dapat beraktivitas seperti biasa, layaknya anak-anak, pun sebagai pengganti hari-hari belajar di sekolah.
Tim PFA (Psychological First Aid) Dompet Dhuafa, Mayasita, mengatakan bahwa ini merupakan suatu perhatian khusus dari Dompet Dhuafa terkait kondisi anak-anak di posko utama pengungsian Dusun Sajang, Sembalun.
“Bahwa anak-anak meski di tengah kondisi darurat dan keterbatasan. Tidak boleh berkurang keceriaan dan aktivitasnya selayaknya anak seusianya. Ruang Ramah Anak ini adalah satu sarana untuk mencapai tujuan tersebut,” ungkap Seto Mulyadi, di pos pengungsian gempa Lombok. (Dompet Dhuafa/Dhika Prabowo)