Foto: Pembukaan semester baru bimbingan belajar gratis Rumah Cita-cita yang dipelopori Etoser Dompet Dhuafa di Asrama Etos Kec. Pauh. (ist)
PADANG–Alhamdulillah, Minggu (31/2), pukul 17.00 WIB, Rumah Cita-Cita (RCC) yang dipelopori oleh Etoser (Mahasiswa UNAND penerima beasiswa Program Beastudi Indonesia Dompet Dhuafa) Padang, kembali dibuka untuk semester 2. Setelah sebelumnya sempat berhenti beberapa waktu karena libur semester.
Hari yang penuh suka cita dan kegembiraan, terlihat lebih dari 70 murid Sekolah Dasar yang tinggal disekitar Kampung Dalam, Kec. Pauh, bersorak gembira bertemu dengan kakak-kakak etoser diakhir pembukaan RCC.
“Wajah polos adik-adik tampak sangat berharap dari program ini dapat kembali mengisi waktu-waktu produktif mereka. Dalam satu minggu ini kita akan mengisi jam-jam belajar adik-adik dengan proses belajar mengajar yang paling mereka senangi, seperti belajar matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,”ujar Aini yang menjadi penanggungjawab penerimaan murid baru RCC semester ini.
Satu hal yang mengejutkan bagi Etoser dengan dibukanya kembali RCC ini, yaitu membludaknya jumlah peserta yang mendaftar. Mereka yang datang melebihi kapasitas asrama yang menjadi tempat proses belajar mengajar.
“Alhamdulillah, sampai hari ini adik-adik yang mendaftar terus bertambah. Ini membuktikan bahwa keberadaan RCC sangat ditunggu masyarakat,” pungkas Kepala Sekolah RCC, Khairul Anami. Namun, jumlah peminat yang banyak dengan kapasitas asrama yang terbatas juga disayangkan oleh Khairul.
Rumah Cita-Cita untuk murid SD yang menjadi program penerima manfaat beastudi Etos Padang ini memang digratiskan. Sehingga masyarakat sangat semangat mendaftarkan anak-anaknya ke RCC ini.
“Program ini merupakan bukti pengabdian etoser kepada masyarakat, jadi biaya semuanya gratis dan kita juga tidak membatasi peserta yang ingin bergabung,” Ucap Khairul.
“Sebenarnya kita ingin bantu masyarakat disini lebih dari sekedar memberikan pendidikan di asrama ini saja. Karena ternyata sebagian dari adik-adik yang mendaftar di sini berasal dari keluarga yang kurang mampu,” Tutur Aini saat menceritakan tentang pengalamannya menjadi penanggung jawab penerimaan murid baru.
Ia mengatakan bahwa hari Selasa saat proses belajar mengajar di RCC sedang berjalan. Ia kedatangan seorang ibu tua bersama seorang anak kecil membawa sehelai kertas yang diketahui bahwa itu adalah akta kelahiran anak tersebut.
“Selasa kemarin ada yang daftar seorang ibu dan anak kecil membawa sehelai kertas. Ternyata ibu yang umur 70an itu mau mendaftarkan cucunya siska di RCC. Padahal kita tidak meminta akta kelahiran sebagai syarat daftar ulang, cukup menyerahkan formulir pendaftaran saja,” lanjut Aini.
“Sore itu saya juga berada di asrama mengajar, sempat antar ibu itu ke rumahnya. mereka tinggal bertiga di rumah kayu yang dindingnya hanya kain bekas. Bagi kami syarat apapun yang diberikan orang tua untuk mendaftarkan anak-anaknya pasti akan diterima. Karena bagi kami yang terpenting adalah semangat dan kemauan adik-adik peserta itu sendiri untuk mengejar pendidikan,” imbuh Khairul.
“Kedepan, kita ingin RCC ini menjadi program yang dapat bersinergi dengan berbagai pihak, atau setidaknya RRC dapat ditiru dan dijadikan percontohan sebagai program ini yang memberi solusi bagi perkembangan pendidikan bangsa kita,” pungkas Khairul. (Dompet Dhuafa Singgalang/Rul/Nisa)