Harapan dari Komunitas Tuna Netra

JAKARTA – Di bawah tenda yang berdiri tegak di halaman parkir Gelora Bung Karno, puluhan tuna netra terlihat masih duduk santai menunggu orang yang ingin menggunakan jasa pijatnya. Mereka tetap terlihat bersemangat walaupun fisiknya menua. Ditambah dengan indra penglihatannya yang tidak berfungsi. Tenaga mereka pun tidak diragukan dalam hal pijat memijat. Karena telah mengantongi sertifikat keahlian. Dengan cekatan dan kelihaian, tangannya meraba urat-urat tubuh pasiennya agar aliran darah menjadi lancar.

Salah satu founder Koperasi Tuna Netra (Komastra), Supardi, mengungkapkan bahwa kaum tuna netra dapat mandiri dan berdaya. Karena adanya pemberdayaan yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa sejak tahun 2014. Menurutnya berbagai pelatihan juga telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas komunitas tuna netra.

“Sekitar dua tahun kita sudah bergabung dengan Dompet Dhuafa. Alhamdulillah selama bergabung kita diberi banyak pelatihan untuk meningkatkan keahlian kita. Saya bersyukur karena kita menjadi mandiri dan tidak lagi bergantung pada orang lain,” tuturnya. Disela-sela kegiatan yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa dan Maybank, ia juga menjelaskan bahwa adanya Komastra telah berpengaruh terhadap perekonomian anggotanya.

“Alhamdulillah kegiatan Komastra ini juga berpengaruh terhadap perkonomiaan anggota kita yang sudah mencapai ratusan orang. Kebutuhan bisa tercukupi tanpa harus mengemis dan meminta belas kasihan. Kita tetap dapat bekerja memberikan layanan jasa berupa organ tunggal dan pijat refleksi,” tambahnya.

Supardi berharap bahwa dengan adanya kegiatan sosial seperti ini dapat membuka wawasan orang lain agar komunitas tuna netra seperti seperti yang dirinya ikuti tidak dipandang sebelah mata lagi. “Harapan ke depannya akan semakin banyak masyarakat yang lebih peduli dengan kita. Tidak ada lagi yang mencibir atau memandang sebelah mata. Semakin banyak pula orang yang bersedia membantu kaum minoritas seperti saya ini,” pungkasnya. (Dompet Dhuafa/Ira)