Sudahkah bangsa ini mencapai swasembada pangan? Ya, pertanyaan tersebut sering terlintas dalam benak kita ketika memperingati Hari Pangan Sedunia yang jatuh setiap tanggal 16 Oktober ini. Bagi setiap negara, cadangan pangan menjadi aset yang begitu berharga dalam menunjang kebutuhan pangan dalam negeri. Oleh karenanya, pengelolaan cadangan pangan yang baik menjadi sangatlah penting dalam upaya mewujudkan ketersediaan pangan yang cukup guna kesejahteraan penduduk.
Namun, seiring berjalannya waktu, pengelolaan cadangan pangan di Indonesia belumlah mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Indonesia kini berada dalam kondisi “gawat darurat”. Cirinya: Impor pangan mencapai 80%; negeri Agraris tapi impor beras; negeri Tempe tapi krisis kedelai. Bangsa ini sesungguhnya telah krisis pangan. Hanya untuk sementara, krisisnya terselamatkan karena impor. Kelak ketika terjadi krisis di negeri pengekspor, badai akan menghantam Indonesia.
Kondisi tersebut di atas yang menjadi dasar munculnya gagasan Program Lumbung Desa sebagai upaya mengembalikan desa kepada asalnya, yakni desa sebagai sumber pangan Indonesia. Arti harfiah “Lumbung Desa” adalah tempat penyimpanan hasil pertanian. Hasil pertanian beragam, terutama yang difokuskan jadi potensi pokok di tempat itu. Bisa berupa padi, kopi, cengkeh, cokelat dan lain-lain.
Dompet Dhuafa sebagai lembaga zakat yang bergerak lebih dari dua dekade dalam bidang kemanusiaan pun turut berikhtiar membantu bangsa ini dalam mewujudkan kedaulatan pangan. Melalui jejaring Pertanian Sehat Indonesia (PSI) Dompet Dhuafa mengembangkan program Lumbung Desa.
Program tersebut bertujuan untuk mengembalikan, menghidupkan, dan menggairahkan kembali pengolahan pertanian di desa; dengan melatih warga setempat untuk jadi penggerak desa dalam pengolahan pertanian yang baik dan benar, sekaligus pengelolaan pasca panennya; serta mendistribusikan keuntungan usaha pertanian untuk membantu ketersediaan pangan fakir miskin di desa tersebut.
Salah satu wilayah yang menjadi pemetik manfaat dalam program Lumbung Desa adalah Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan. Program Lumbung Desa wilayah Bantaeng telah melibatkan komunitas petani dari Gapoktan Sukses Mandiri Desa Lonrong, Kecamatan Eremerasa Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan.
Aktivitas program Lumbung Desa telah dimulai dengan ditempatkannya pendamping program lumbung desa di lokasi dampingan. Aktivitas program sedang melalui tahap perintisan dan penumbuhan.
Program lumbung desa telah berjalan selama 6 bulan sejak juli 2014 dan berlangsung selama dua tahun. Beberapa aktivitas program yang sudah dilaksanakan di antaranya adalah survey pendalaman lokasi, pendataan ulang penerimaan manfaat, sosialisasi dan masa orientasi program, pengadaan sapi sebagai unit bisnis peternakan, dan pembuatan lantai jemur untuk mendukung unit usaha budidaya dan pemasaran produk pertanian.
“Alhamdulillah hingga kini, penerima manfaat program Lumbung Desa Bantaeng sebanyak 100 KK dan penerima manfaat tidak langsung sebanyak 427 jiwa, dengan total lahan garapan 45 Ha,” ujar Jodi H Iswanto, Direktur Pertanian Sehat Indonesia (PSI) Dompet Dhuafa.
Program Lumbung Desa Bantaeng telah menyepakati beberapa aktivitas unit bisnis di antaranya adalah usaha budidaya jagung, usaha dagang hasil pertanian, penggemukan sapi bakalan, dan usaha produksi kompos.
“Penguatan Kelembagaan dilakukan dengan pertemuan pengurus koperasi dan pertemuan kelompok yang dilakukan secara rutin 1-2 minggu sekali. Materi pertemuan menyangkut aktivitas-aktivitas pada program Lumbung Desa,” jelasnya.
Selain menginisiasi program Lumbung Desa, melalui Pertanian Sehat Indonesia (PSI), Dompet Dhuafa menginisiasi Program Bank Benih di Kasepuhan Sinar Resmi, Desa Sirna Resmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Di mana pada program pemberdayaan tersebut, Dompet Dhuafa mendampingi masyarakat Kasepuhan dalam melakukan pendataan 60 benih lokal, hingga membukakan lahan khusus untuk penanaman benih. Tidak hanya lahan, kini Dompet Dhuafa telah mendirikan 3 unit leuit (lumbung padi) yang dijadikan sebagai tempat penyimpanan padi.
Di lahan seluas 7200 meter persegi, Dompet Dhuafa memulai pelestarian benih lokal. Sebanyak 9 jenis padi pun sudah mulai ditanam di antaranya, Sri Kuning, Pare Salak, Raja Denok, Cere Kawat, Balintung,
Selain itu, beberapa produk pertanian kualitas unggul dan ramah lingkungan seperti Beras Berlian SAE, Benih Pepaya Calina, dan Benih Unggul Jawara yang diproduksi oleh kelompok tani dampingan PSI Dompet Dhuafa pun menjadi sebuah titik terang bagi bangsa ini untuk menuju kedaulatan pangan bagi kesejahteraan rakyat.
Melihat Dompet Dhuafa yang begitu peduli mewujudkan kedaulatan pangan bagi negeri ini, seharusnya menjadi sebuah sumber rujukan pemerintah dan semakin dikembangkan agar kesejahteraan masyarakat dan pertanian di Indonesia ini semakin berdaya. Mari tumbuh bersama Dompet Dhuafa dengan mendukung program-program pemberdayaan yang tengah digulirkan, demi kemaslahatan umat. (Dompet Dhuafa/uyang)