BOGOR — Bagaikan kejatuhan durian runtuh. Mungkin peribahasa tersebut dapat menggambarkan kisah Basyir. Saat itu di sekolah, Basyir kecil yang baru berusia 12 tahun, mendapat tawaran dari Kepala Sekolah tempatnya belajar untuk sekolah di Jawa. Ia tak pernah menyangka bahwa ia ditawari sekolah di Jawa. Di daerah yang jauh dari rumahnya di Kalimantan Selatan. Daerah itu sangat asing baginya, dan hanya ia tahu dari tv saja. Tawaran itu begitu menggiurkan. Ia akan sekolah di Jawa tanpa mengeluarkan biaya sepeserpun. Akhirnya, karena tidak tahu harus menerima tawaran itu atau tidak, ia memboyong ibu dan kakaknya untuk menemui Kepala Sekolah.
Ibu dan kakaknya akhirnya setuju dan mendorong Basyir untuk mendaftar seleksi. Tahapan demi tahapan seleksi ia jalankan dengan baik. Hingga akhirnya di tahap terakhir, panitia seleksi Smart Ekselensia mengunjungi rumahnya untuk melakukan verifikasi. Basyir pun akhirnya diterima. Ia merasa senang. Namun disisi lain ia juga takut. Ia takut karena harus merantau sedirian, dan jauh dari rumah.
Seiring berjalannya waktu, Basyir mulai terbiasa dengan kehidupan di sekolah barunya. Ia terus berusaha mengakselerasi diri dan berpacu dengan ritme kehidupan akademik di Smart Ekselensia. Banyak hal yang ia dapatkan saat bersekolah di Smart Ekselensia yang berdiri di atas tanah wakaf. Di sekolahnya, selain mendapatkan pendidikan yang baik, Basyir juga mengikuti kegiatan pengembangan diri. Program dan kegiatan yang beragam pun membuatnya kini tak sering-sering lagi merasa homesick.
Kegembiraan dan rasa beruntung itulah yang mendorong Basyir untuk membentang kebaikan di daerahnya. Ia tidak mau hanya dirinya yang dapat merasakan bersekolah di tempat yang bagus dan enak. Untuk itu, setiap pulang kampung, Basyir akan berkumpul bersama adik-adik kelasnya atau anak-anak di sekitar rumahnya untuk belajar bersama atau sekedar berbagi pengalaman. Hal itu ia lakukan agar tercipta Basyir-Basyir selanjutnya yang dapat “sekolah gratis di Jawa”.
“Aku pengen dari daerahku ada lagi yang masuk ke sini (Smart Ekselensia). Biar gak aku doang yang merasakan enaknya sekolah di sini. Adik-adik dan orang-orang di sekitarku juga harus ada yang merasakan,” tuturnya dengan penuh semangat.
Basyir adalah salah satu kisah indah dari sekian banyak kisah tentang manfaat berbagi. Betapa kedermawanan bisa mengubah jalan hidup seseorang, dan menumbuhkan semangat membentang kebaikan. Semoga impian Basyir untuk melihat adik-adik di daerahnya mendapat pendidikan yang baik segera terwujud. (Dompet Dhuafa/Dea)