Dari Korban Hingga Relawan, Adhe Dan Keluarga Abdikan Separuh Nafas Untuk Kemanusiaan (Bagian 2)

SIARAN PERS, JAKRTA — Setelah dua minggu terjun di lapangan (daerah bencana), ia mengatakan, "Entahlah rumah sekarang kondisinya bagaimana setelah kena banjir, yang pasti berantakan. Nanti saja, toh belum bisa benar-benar efektif kami urus saat ini. Jadi lebih baik kami membantu yang lain terlebih dahulu," tutur Adhe Indra Saputra (49).

Selain hal kemanusiaan, kecintaannya terhadap alam juga ia tumpahkan dengan wujud nyata, yaitu mendirikan sebuah Komunitas Sungai Ciliwung sejak 2012. Dengan kegiatan belajar-mengajar termasuk Water Rescue di dalamnya. Tak berhenti sampai di situ, Adhe membentuk Sekolah Anak Jalanan bernama Sa'aja.

Pada 2019, Adhe juga telah mendirikan sebuah PAUD Alam Tunas Harapan. Namun na'as, rencana mulianya untuk meresmikan sekolah tersebut, tersapu banjir yang melanda Jakarta awal 2020 tersebut. "Seharusnya di tanggal 2 Januari 2020 ini, kami meresmikan PAUD itu. Tapi kena banjir, batal peresmiannya. Semoga bisa terwujud lain waktu," tutur Adhe.

Selalu ada cerita mulia di balik aksi para relawan kemanusiaan di wilayah bencana. Mereka yang berjuang dengan sepenuh jiwa raga. Bahkan berkorban tenaga dan waktu untuk membantu para korban bencana. Bukan hal yang mudah, namun mereka mencoba komitmen dan konsisten untuk melakukan kebaikan agar terus mengalir manfaat untuk banyak orang. (Dompet Dhuafa/Dhika Prabowo)