Aksi Psychological First Aid Dampingi Penyintas Gempabumi Sulbar

SULAWESI BARAT — Gempabumi M=6,2 SR yang mengguncang wilayah Majene dan Mamuju, Sulawesi Barat, tanggal 15 Januari 2021 lalu, masih menyisakan dampak disana. Terhitung sejak tanggal 6 Februari 2021, status tanggap darurat gempabumi Sulbar telah berakhir dan menjadi transisi darurat menuju pemulihan.

Selain kerusakan bangunan dan korban jiwa, para penyintas sebanyak 92.075 orang pun masih mengungsi dan berupaya bangkit hingga kini (Rabu, 10/2/2021). Beberapa kali gempa kecil susulan masih terjadi, cukup membuat warga panik akan terulangnya peristiwa serupa.

Sejumlah Tim Disaster Management Centre (DMC) Dompet Dhuafa masih berada di Sulbar pada respon gempabumi tersebut sejak fase awal tanggap darurat. Disana, Dompet Dhuafa turut menggulirkan layanan psikososial berupa PFA (Psychological First Aid) atau bantuan psikologis tahap awal bagi para penyintas bencana yang mengalami peristiwa kritis. Aksi tersebut diberikan kepada seluruh kelompok rentan penyintas gempabumi Sulbar yang membutuhkan dukungan dari anak-anak hingga dewasa.

"Selain bantuan respon SAR, layanan medis, distribusi logistik, pemasangan tandon penampungan air bersih, instalasi MCK, dan dapur umum termasuk darling, kami juga menghadirkan layanan PFA. Sebab, salah satu dampak negatif dari bencana adalah stress. Jika tidak terantisipasi dengan baik dan dibiarkan berlarut-larut, akan mendatangkan ketidakstabilan emosi yang parah. Seperti depresi atau trauma setelah peristiwa kritis," sebut Eka, Koordinator DMC pada respon gempabumi Sulbar.

Pada fase awal, aksi PFA Dompet Dhuafa fokus diberikan kepada anak-anak. Kegiatan seperti mewarnai, dongeng, hingga mendirikan Taman Ceria di pos pengungsian Dusun Pala'da, Desa Takandeang, Kec. Tappalang, Kab. Mamuju. Situasi terkini hampir satu bulan pasca gempa disana, sebagian besar wilayah sudah semakin kondusif, tetapi beberapi kali gempa kecil yang terjadi di malam hari masih cukup membuat panik penyintas.

“PFA berupaya mendampingi penyintas pada dukungan psikis dan spiritual. Setiap harinya Tim PFA mobile ke berbagai desa di wilayah Majene dan Mamuju untuk memberikan layanan ini, sembari assesment atas indikasi lanjutan pada penyintas. Beberapa anak mengaku mengalami mimpi buruk dan ketakutan akan adanya peristiwa serupa yang lebih besar lagi. Namun Alhamdulillah, kebanyakan kami tidak menemukan anak yang terindikasi trauma kelanjutan,” ungkap Ustaz Aris Alwi, PIC Lapangan Tim PFA Religi Dompet Dhuafa, Rabu (10/2/2021).

Aksi PFA di beberapa titik pengungsian Sulbar, bergulir sambil mendistribusikan bantuan logistik darurat setelahnya. Diantaranya sembako, perlengkapan bayi, tenda, matras, selimut, kerudung hingga distribusi kitab suci Al-Quran.

“Salah satu yang saya paling ingat itu anak-anak di pengungsian Desa Sulai, Majene, ternyata senang sekali ketika tim respon DMC dan DD Volunteer Sulawesi Selatan mengadakan kegiatan PFA, bermain dan bernyanyi bersama. Sehingga anak-anak mendapat jeda dan mengurangi jenuh dan stress dalam kondisi ini,” aku Tri, salah satu Tim PFA DDV Sulsel. (Dompet Dhuafa / DMC / Aryo / Dhika Prabowo)