Aksi Tim RDK Sigap Selamatkan Niko

BOGOR — MUI bersama Dompet Dhuafa sukses mengadakan vaksinasi massal dengan jumlah peserta mencapai lebih dari 2.000 orang. Kesuksesan kegiatan tersebut tidak terlepas dari kinerja maksimal dari seluruh pelaksana dari mulai administrasi hingga tim medis.

Ada cerita menarik selama berjalannya kegiatan tersebut, dari mulai peserta datang dari jauh, hingga mereka yang memiliki ketakutan akan jarum suntik. Tak jarang ada peserta yang gagal divaksin karena kondisi fisiknya tidak fit untuk mendapatkan vaksin.

Seperti yang dialami Niko (20), yang baru mendapatkan vaksin pertama pada hari Sabtu (7/8/2021) di wilayah Sindangbarang, Bogor Barat, Kota Bogor. Mahasiswa dari salah satu perguruan tinggi di Jakarta ini memiliki ketakutan yang berlebih terhadap jarum suntik, ditambah saat itu ia tidak dalam kondisi terbaiknya.

Secara harfiah, seluruh peserta vaksin akan melalui screening terlebih dahulu untuk mengetahui kondisi fisik sebelum menerima vaksin guna menghindari efek samping yang tidak diinginkan. Tetapi tidak dengan Niko, karena terlalu panik ia tidak melakukan screenin dan langsung masuk ke ruang vaksinasi.

Beberapa saat kemudian salah satu vaksinator melihat gelagat tidak wajar tergambar di wajahnya. Seketika Niko mengalami lemas dan terlihat pucat, tim yang melihat ada keanehan pada gelagat Niko mencoba memberikan pertolongan kepada Niko dengan menanyakan kondisinya.

Saat tim mencoba menghampiri, Niko justru semakin lemas dan hampir tidak sadarkan diri. Petugas medis dari Respon Darurat Kesehatan (RDK) Dompet Dhuafa yang bersiap dilokasi langsung membawa Niko keluar menuju ke ambulans untuk mendapatkan perawatan intensif.

Dengan wajah yang semakin pucat dan suhu tubuh sangat rendah, Niko mendapatkan bantuan oksigen serta penanganan medis lainnya dari dokter dan perawat. Setelah mendapat perawatan beberapa saat, kondisinya membaik dan ternyata tensi darah  Niko melebihi normal.

“Kondisinya sudah tertangani, tinggal tunggu dia istirahat dulu si ambulans sambil diberikan makan. Tadi juga sudah diberi bantuan oksigen untuk membantu aliran nafasnya lebih rileks, terlalu panik Niko ini,” jelas Roby Suryadi selaku Senior Officer Layanan Kesehatan dan Respon Darurat Kesehatan Dompet Dhuafa yang turun langsung menangani Niko.

Dua orang teman yang datang bersama Niko saat itu juga menjelaskan, sebenarnya temannya tersebut sangat takut dengan jarum suntik dan memiliki kecemasan yang berlebihan. Terkahir kali Niko mendapatkan suntikan adalah saat ia duduk dibangku sekolah dasar menurut keterangannya.

“Dia itu takut banget disuntik, sejak kemarin dia sudah ketakutan untuk melakukan vaksin tetapi dia ingin sekali divaksin. Terkahir kali dia divaksin itu waktu SD setelah itu tidak mau lagi disuntik,” jelas Ardyto saat mendampingi perawatan.

Peserta yang tidak tertib terlebih tidak melalui screening sangat beresiko untuk keamanan para peserta saat menerima vaksin. Tubuh yang belum siap tidak dianjurkan untuk mengikuti vaksinasi karena demi efektivitas vaksin bekerja dalam tubuh.

“Kalau tidak melalui screening ya bisa seperti Niko ini. Tubuh belum siap untuk menerima vaksin dan akhirnya mengalami efek sementara seperti lemas dan lain-lain, terlebih dia belum makan sebelumnya. Perlu dipahami oleh seluruh peserta vaksin untuk mengikuti prosedur dari pelaksana,” ucap Bunga selaku Pimpinan Cabang LKC (Layanan Kesehatan Cuma-cuma) Jakarta.

Setelah kondisinya membaik, Niko diperbolehkan pulang dan mendapatkan edukasi dari dokter untuk tidak melakukan kecerobohan serupa dilain kesempatan. Selain membahayakan diri sendiri, hal tersebut membuat vaksin tidak bekerja dengan efektif nantinya.

“Saya minta maaf karena terlalu takut saya tidak bertanya dan mengikuti prosedur dengan benar. Terimakasih kepada panitia terutama tim medis dari Dompet Dhuafa yang langsung sigap menolong saya,” ujar Niko sebelum meninggalkam lokasi vaksinasi. (Dompet Dhuafa / Arlen)