Bahaya Leptospirosis, Penyakit Terlupakan Yang Sering Hadir Saat Banjir Melanda

JAKARTA — Leptospirosis merupakan penyakit yang paling “langganan” dijangkit oleh warga terdampak banjir. Leptospirosis sendiri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira interrogans. Bakteri ini disebarkan melalui kotoran dan urine hewan. Biasanya bakteri ini dibawa oleh hewan-hewan pengerat. Namun tidak menutup kemungkinan pada hewan pengerat saja. Hewan jenis lain juga bisa membawa bakteri ini, seperti hewan peliharaan, dan kelompok hewan ternak. Bakteri tersebut dapat bertahan hidup dalam ginjal hewan yang terinfeksi.

“Gejalanya bisa beragam, Mas", terang dr. Muhammad Zakaria selaku Dirut Rumah Sakit RST. Dompet Dhuafa, ketika melakukan penangan medis di pos sehat Dompet Dhuafa di Universitas Borobudur, Cipinang Melayu, Jakarta Timur pada Kamis (2/1/2020). "Mual, muntah, meriang, sakit kepala, nyeri otot, sakit perut, diare, kulit atau area putih pada mata yang menguning, demam, ruam, konjungtivitis”, lanjutnya.

Leptospirosis biasanya menunjukkan gejala secara mendadak dalam waktu 2 (dua) minggu setelah penderita terinfeksi. Pada sebagian kasus, gejala baru terlihat setelah 1 (satu) bulan. Pasca kemunculan gejala, penderita Leptospirosis biasanya akan pulih dalam waktu 1 minggu setelah sistem imunitas dapat mengalahkan infeksi. Namun sebagian penderita akan mengalami tahap kedua penyakit Leptospirosis yang dikenal sebagai penyakit Weil. Gejala penyakit Weil ini ditandai dengan dada terasa nyeri, serta kaki dan tangan yang bengkak.

"Di Indonesia sendiri orang yang terjangkit penyakit ini terdata sebanyak 31 di sepanjang 2018. Data tersebut dari Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (DP2P) Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono, "31 kasus (di Jakarta)," ujar Anung sebagaimana yang diwartakan Kompas.com. (21/2/2018).

Liputan6.com juga memberitakan bahwa data akumulatif Kementerian Kesehatan tahun 2018 hingga Januari 2019, di Banten ada 104 kasus leptospirosis dengan 26 kematian; DKI Jakarta terdapat 11 kasus dengan 2 kematian; Jawa Barat ada 2 kasus, tanpa angka kematian; dan DIY ada 186 kasus dengan 16 kematian. Lalu, di Jawa Tengah terdapat 427 kasus leptospirosis dengan 89 kematian; Jawa Timur ada 128 kasus dengan 10 kematian; Kaltara ada 3 kasus dengan 2 kematian; serta Maluku ada 5 kasus dengan 2 kematian (13/2).

Penyakit ini dapat diobati dengan antibiotic. Biasanya antibiotic yang digunakan adalah penisilin dan doksisiklin. Paracetamol juga dapat diberikan untuk mengatasi gejala awal penyakit ini. Obat-obatan di atas bisa diperoleh di pos medis Dompet Dhuafa di seluruh titik. Sejauh ini Dompet Dhuafa sudah membuka enam titik pos sehat di Tangerang, Jakarta Timur, dan Bekasi.

"Adapun bentuk pencegahannya bisa dilakukan dengan, tidak memegang atau bersentuhan dengan urin, darah, atau jaringan dari hewan peliharaan yang terinfeksi sebelum menerima perawatan yang tepat. Jika perlu melakukan kontak dengan jaringan hewan atau air seni, kenakan pakaian pelindung, seperti sarung tangan dan sepatu bot," jelas dr. Zaka.

"Selalu cuci tangan setelah memegang hewan peliharaan atau usai membersihkan kotorannya. Jika membersihkan permukaan yang mungkin terkontaminasi atau mengeluarkan air seni dari hewan peliharaan yang terinfeksi, gunakan larutan pembersih antibakteri atau campuran larutan pemutih dan air dengan perbandingan 1: 10. Jangan berenang atau mengarungi air yang mungkin terkontaminasi dengan urin hewan, atau menghilangkan kontak dengan hewan yang berpotensi terinfeksi," tutupnya.

Jika gejala-gejala yang disebutkan di atas muncul pada penyintas, alangkah baiknya segera konsultasikan kepada tim medis yang terdekat. (Dompet Dhuafa/Fajar)