Bangun Ketahanan Pangan Skala Desa di Ciracap Sukabumi

SIARAN PERS, JAWA BARAT — Optimalisasi potensi lokal untuk mengantisipasi dampak pandemi Corona (Covid-19) yang berkepanjangan menjadi perhatian besar bagi Dompet Dhuafa. Pengembangan budaya dan kearifan lokal di bidang pertanian dan peternakan berbasis komunitas masyarakat sangat penting untuk program berkelanjutan.

Guna mengembangkan sumber daya pangan untuk kebutuhan pokok masyarakat Desa Cikangkung, Ciracap, Sukabumi, Dompet Dhuafa melalui program Social Trust Fund (STF) bersama Oke Oce dan Pondok Pesantren Alam (PPA) al-Muhtadin membangun sinergi ketahanan pangan. Langkah ini sebagai solusi mengatasi dan mengantisipasi dampak pandemi Covid-19 yang belum juga usai.

“Di Desa Cikangkung ini, Dompet Dhuafa ingin mendorong terciptanya usaha-usaha yang mengarah pada pengembangan potensi ekonomi masyarakat. Sektor riil pertanian sebagai usaha dasar masyarakat Indonesia, juga menjadi kebutuhan pokok sehari-hari harus terus dikembangkan. Adanya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) membuat kita aktif di dunia digital. Hal ini menjadi peluang berbagi ilmu dalam keseharian kita yang juga dapat menciptakan captive market bagi hasil produksi para petani Desa Cikangkung,” terang Dodi Subardi, Pendamping Program.

Menggunakan dana amanah dari Sandiaga Uno sebesar Rp 750,000,000.- (tujuh ratus lima puluh juta rupiah), Dompet Dhuafa menjalin sinergi dengan PPA al-Muhtadin untuk diteruskan kepada para petani di Desa Cikangkung. Dimulailah program Ketahanan Pangan Desa pada awal Juni 2020 lalu, dengan memberikan modal kepada 4 (empat) kelompok tani binaan, untuk mengelola 50 hektar lahan sawah. Setiap kelompok tani terdiri yaitu atas 25 kepala keluarga. Melalui program ini, Dompet Dhuafa menargetkan dapat mencapai hasil panen per hektarnya pada kisaran 6-7 ton.

Sesuai binaan, proses bertani dilakukan secara organik murni, tanpa memakai bahan kimia. Sebagai bentuk monitoring dan evaluasi, Dodi melakukan kunjungan ke setiap lahan pertanian, pada Sabtu (4/7/2020). Dari hasil pertemuannya dengan para petani, sejauh ini tidak ada masalah serius dialami oleh para petani. Padi-padi pun terlihat tumbuh hijau dengan sangat subur. Dodi memperkirakan, jika kondisi seperti ini dapat bertahan terus-menerus, panen besar-besaran akan didapatkan oleh para petani.

“Pola tanam padi dilakukan secara organik murni tidak memakai bahan kimia sedikitpun. Biaya per-hektarnya sebesar 15 juta rupiah, di mana biasanya hasil panen sekitar 6 ton gabah/hektar, dengan harga jual Rp 4,500.-/kg. Maka diperkirakan hasil penjualannya mencapai 27 juta rupiah/hektar. Mudah-mudahan ini dapat tercapai dan terus berkelanjutan,” terang Doni. (Dompet Dhuafa/Muthohar)