Bantuan Laptop untuk Para Migran di Rumah Singgah Matim Macau

SIARAN PERS, HONG KONG — “Saat ini, ada lima pekerja migran Indonesia yang belajar komputer di rumah singgah (shelter) Matim, sebab sudah banyak yang pada pulang kampung ke Tanah Air,” ungkap Ana, Ketua Majelis Taklim Indonesia di Macau (Matim).

Pada Minggu (6/9/2020), Dompet Dhuafa Cabang Hong Kong (DDHK) memberikan satu unit laptop kepada Matim. Bantuan ini bertujuan untuk mendukung keterampilan para migran yang menempati rumah singgah Matim. Bantuan ini berawal dari permintaan yang disampaikan oleh pihak Matim kepada Dompet Dhuafa Hong Kong sebelumnya. Lantaran perangkat komputer di tempat tersebut sudah banyak yang tidak layak pakai.

Dalam waktu yang cepat, Dompet Dhuafa Hong Kong merespon hal tersebut dengan memberikan donasi untuk membeli satu unit laptop.

“Bantuan itu kami berikan pada tanggal 6 September lalu, untuk keperluan pelatihan komputer pekerja migran Indonesia di Macau yang diselenggarakan oleh Matim,” ujar Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Hongkong, M. Imam Baihaqi.

Ana menyampaikan, kelas komputer di rumah singgah Matim sudah ada sejak tahun 2007. Sejak itu, terhitung sekitar 40 pekerja migran di Macau telah belajar di kelas komputer Matim. Pada tahun 2015, kelas komputer tersebut sempat berhenti karena para gurunya sudah pulang kampung ke Indonesia. Kemudian, kepengurusan Matim yang dipimpin Ana berinisiasi untuk membuka lagi kelas komputer sejak September 2019.

“Karena laptop Matim sudah pada rusak, termasuk laptop milik saya dan Mbak Indah (salah satu pengurus Matim), yang sebelumnya juga digunakan untuk belajar komputer teman-teman di shelter,” aku Ana.

Sejatinya, Matim memiliki tiga pengajar komputer. Yakni, Bu Rustianah, Bu Zeki, dan Bu Nadhifa. Semuanya adalah pekerja migran Indonesia yang bekerja di Macau. Namun saat ini hanya Bu Rustianah yang mengajar. Sedangkan Bu Zeki sudah pulang ke Indonesia, dan Bu Nadhifa belum aktif kembali.

“Semoga dengan bantuan ini mampu meningkatkan dan memberikan modal kemampuan para migran yang sedang singgah di Matim. Mengingat dengan kondisi seperti ini, mobilisasi orang menjadi sulit, dan mengharuskan untuk tetap jaga jarak . Namun di satu sisi harus bekerja sambil memenuhi kebutuhan sehari-hari dan menafkahi keluarga yang berada di Negara asal,” tutup Imam. (Dompet Dhuafa / Foto: DD HK / Penulis: DD HK, Fajar / Editor: Dhika Prabowo)