Berkat Kebaikan Para Muzakki, Batik Tulis Berkah Lestari Terkenal Hingga ke Luar Negeri

YOGYAKARTA — Batik menjadi salah satu warisan budaya Indonesia yang telah diakui oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization). Batik juga telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Non Bendawi (Masterpieces of the Intangible Cultural Heritage of Humanity) bagi Indonesia. Kemudian tanggal 2 Oktober ditetapkan sebagai Hari Batik Nasional.

Melalui program-program pemberdayaan ekonomi sekaligus turut melestarikan warisan budaya-budaya Nusantara, Dompet Dhuafa menggagas program pemberdayaan batik bagi ibu-ibu di Yogyakarta. Dompet Dhuafa pun kini telah berhasil melahirkan beberapa pembatik berdaya. Salah satunya adalah Nani Nurhayati Lestari (34). Ibu 2 anak ini merupakan wanita termuda yang membina para anggota Batik Berkah Lestari, salah satu program pemberdayaan ekonomi Dompet Dhuafa di desa Giriloyo, Imogiri, Yogyakarta. Kesehariannya sebagai ibu rumah tangga sekaligus pembatik membuatnya bangga karena turut melestarikan warisan budaya Indonesia turun temurun.

Beberapa prestasi pun pernah diraihnya. Ibu Nani pernah mengikutkan batiknya di pameran di Folk Art Maerket Santa Venue Mexico pada tahun 2010. Rupanya, tanggapan masyarakat di sana sangat positif. Hal tersebut terbukti dengan penjualannya yang cukup tinggi. Setelahnya, tak disangka, ternyata para donatur tertarik akan batiknya Bu Nani. Beberapa waktu kemudian, para donatur tersebut mendatangi rumah batik Berkah Lestari untuk belajar membatik.

Menurut Bu Nani, mulanya para ibu sudah memang sudah membatik, namun tidak mengetahui teknik pewarnaan yang baik hingga bagaimana memasarkannya. Hanya mentahan-mentahan batik saja yang mereka produksi untuk dijual kepada pengepul kain batik. Hadirnya Dompet Dhuafa untuk membina ibu-ibu pembatik ini, kini mereka mampu memproduksi hingga mampu menjual secara mandiri baik offline maupun online. Semuanya pun mengaku mengalami peningkatan dari segi ekonomi.

“Awal pertama bertemu Dompet Dhuafa setelah gempa Yogyakarta tahun 2006. Lalu Dompet Dhuafa merekrut 50 pembatik dengan memberikan bahan-bahan untuk membatik sampai pelatihan membatik, juga organisasi. Lalu, para anggota juga mendirikan kembali kelompok-kelompok lain. Dengan kata lain, Batik Berkah Lestari menjadi pelopor kelompok-kelompok batik lain. Dompet Dhuafa memberikan bantuan selama 2 tahun lalu setelahnya masih terus dibina,” ceritanya mengenang, Senin (13/9/2021).

Semua proses berkaitan dengan membatik pun telah khatam ia kuasai. Mulai dari menggambar menggunakan pensil, merangkai motif, pewarnaan, perebusan/nglorot batik untuk menghilangkan lilin, penjemuran, hingga packing untuk dipamerkan di showroom baik. Selain itu, ia juga membuka pelatihan membatik bagi masyarakat juga kunjungan rumah batik. Namun, selama pandemi, tak dipungkiri, aktifitas membatik pun sempat terhambat. Meski begitu, Bu Nani dan rekan-rekannya tetap bersyukur karena pelanggannya tak pernah putus.

“Awalnya saya merasa pesimis dengan membatik ini. Di tahun 2007, Dompet Dhuafa mensupport pembuatan selendang terpanjang dan masuk rekor Muri otomatis banyak media yang meliput. Dari situ mulai lah Batik Berkah Lestari terkenal,” ucap Bu Nani.

Harga serta pendapatan ibu-ibu pembatik ini pun tidak menentu, tergantung kehalusan dan kerumitan dari motif batik. Bu Nani mengaku, untuk mengerjakan batik diperlukan waktu mulai dari 2 minggu sampai 3 bulan, semua tergantung pada jenisnya.

“Pernah juga ada orang jepang yang sudah tinggal di Indonesia dan memesan batik kimono sepanjang 5 meter dan juga sambil belajar membatik,” katanya. (Dompet Dhuafa / Elvi / Muthohar)