Gelar DisPro CESA dan National Young Leaders Summit 2021, LPI Dompet Dhuafa: Tambah Wawasan Pendidikan Kala Pandemi

BOGOR — Pada Sabtu (18/09/2021) Center of Educational Studies and Advocacy (CESA) Lembaga Pengembangan Insani Dompet Dhuafa (LPI DD) menggelar Diskusi Produktif (Dispro) bertajuk “Kemerdekaan Pendidikan, Revitalisasi Pendidikan dalam Islam di Masa Pandemi”. Dispro merupakan ikhtiar CESA LPI DD menghasilkan wawasan dalam pengembangan gagasan pendidikan berkualitas di jagat pendidikan tanah air.

Dr. Dede Rubai Misbahul Alam, M.Pd, Konsultan Pendidikan Islam didapuk menjadi pembicara di hadapan tujuh puluh peserta. Dede mengingatkan para peserta untuk lebih kuat menghadapi tantangan pendidikan di masa pandemi, lebih cerdas memanfaatkan tekonologi supaya anak didik selamat dari efek “radiasi karakter”, dan menguatkan pendidikan agama sebagai tuntunan ideal agar dapat bertahan dalam menghadapi ujian disrupsi.

“Kita hidup di masa pandemi yang menyulitkan, tetapi jika kita mampu memahami dan bersikap responsif terhadap hal tersebut, InsyaAllah akan menjadi peluang. Karena itulah sebagai pendidik kita harus lebih kuat menghadapi tantangan pendidikan di masa pandemi, lebih cerdas memanfaatkan tekonologi supaya anak didik selamat dari efek “radiasi karakter”, dan menguatkan pendidikan agama sebagai tuntunan ideal agar dapat bertahan dalam menghadapi ujian disrupsi,” sebut Dede.

Di hari yang sama, LPI juga menggelar National Young Leaders Summit (NYLS) 2021 yang dilaksanakan secara daring. Dalam kesempatan agenda itu, Ahmad Shonhaji selaku Direktur Budaya, Dakwah, dan Pelayanan Masyarakat (BDPM) Dompet Dhuafa, menyatakan anak muda ialah pemimpin dan agen perubahan. Mereka merupakan perwujudan pemimpin masa depan pembangun masyarakat dan negara ini.

“Pemuda juga harus bisa menjadi pemimpin penggerak mobilisasi massa pembangun peradaban baru,” papar Ahmad Shonhaji. “Maka jadilah anak muda yang memiliki prinsip kejujuran, memiliki moral kuat, berintegritas terhadap amanah, dan mampu menyampaikan visi misi melakukan perubahan kepada masyarakat,” imbuhnya.

Senada dengan itu, Muhammad Syafi’ie El Bantanie, mengatakan, bahwa menurutnya pemuda itu kuat. Dengan kekuatan tersebut seharusnya mereka bisa meningkatkan kapasitas diri memetakan permasalahan di masyarakat lalu mengurainya menjadi solusi untuk berkontribusi.

“Masa pandemi adalah masa sulit untuk semua orang termasuk pemuda. Namun perlu diingat jika hard times makes strong man. Jadikan pandemi sebagai masa penempaan diri. Sebab perlu diingat kalau pemuda mengemban amanah kepemimpinan dan sangat ditunggu kontribusinya untuk masyarakat,” pesan Syafi’ie.

Sedangkan Guru Agung Pardini selaku GM Sekolah Kepemimpinan Bangsa LPI DD, mengatakan menjadi pemimpin itu berat. Ia mengungkapkan, ketika menjadi pemimpin maka pemuda tidak boleh bersikap egois. Pemimpin harus berkorban untuk orang lain, bukan orang lain berkorban untuk dirinya. Ini yang perlu dipahami para pemuda.

“Namun sudah seharusnya anak muda memiliki jiwa kepemimpinan dan bisa menawarkan mimpi besarnya kepada orang lain,” kata Guru Agung di hadapan 92 penerima manfaat YOULEAD dari 81 kampus dalam perhelatan National Young Leaders Summit (NYLS) 2021.

“Kita harus siap “menderita” karena bukan melayani diri sendiri, tetapi  melayani orang lain,” pungkas Guru Agung. (Dompet Dhuafa / LPI)