Gelar Disability Fest Di CFD Purwokerto

PURWOKERTO – Dompet Dhuafa sukes menyelenggarakan Disability Fest yang berlangsung di CFD Alun-Alun Kota Purwokerto, pada Minggu (8/12/2019) pagi. Sejak pukul 06.00 sampai jam 09.00 WIB, ratusan pengunjung car free day dan juga komunitas sahabat disabilitas dari berbagai daerah memadati acara yang digelar dalam rangka Hari Disabilitas Internasional. Hadir dalam acara dari komunitas tuli, komunitas tunanetra, komunitas penyandang cacat ganda, organisasi mahasiswa, komunitas sosial, dan sekolah inklusi.

Sejumlah sahabat disabilitas tampil membawakan seni tari, pantomim, tarik suara, dan aktivitas olahraga bersama. Selain itu, campaign juga digelar melalui berbagai pesan yang disampaikan melalui media poster yang dibawa oleh peserta. Peserta terjauh, Yati dari Kabupaten Cilacap datang bersama putrinya yang juga berkebutuhan khusus. Walau jauh, Yati tertarik hadir untuk menyemangati diri sendiri dan juga putrinya untuk terus melanjutkan hidup sebagaimana anak-anak normal lainnya. Yati mengisahkan, putrinya yang berusia 17 tahun harus keluar dari sekolah umum karena sering mendapat ejekan atau di-bully.

Titi Ngudiati, Direktur Layanan Kesehatan Cuma-cuma (LKC) Dompet Dhuafa melalui Disability Fest, kami ingin memberi ruang kepada sahabat difabel, keluarga difabel untuk berkumpul, diskusi dan menunjukan kepada dunia bahwa mereka sama dengan manusia lainnya. Disability Fest juga upaya untuk mendorong sahabat disabilitas agar mampu megoptimalkan karya-karya unik mereka, di balik kekurangan yang dialami.

Disabilitas adalah isu lintas sektor, oleh karenanya Dompet Dhuafa mendukung upaya pemerintah dalam mengubah paradigma pendekatan bagi disabilitas yang semula charity based menjadi human right based. Dalam dukungan pada penyandang disabiltas salah satunya melalui program kepedulian pada penyandang disabilitas tuli dengan program pemberdayaan melalui Peduli Tunarungu Indonesia. Digagas sejak 2016, di Kota Purwokerto oleh LKC Dompet Dhuafa.

Sahabat tuli adalah salah satu dari sekian penyadang disabilitas yang keberadaanya Antara ada dan tiada. Belum banyak organisasi atau lembaga yang konsen kepada mereka, lanjut Titi, Direktur LKC Purwokerto. Sampai hari ini, LKC melalui program Peduli Tunarungu Indonesia berhasil melakukan screening melalui metode tes audiometri pada lebih dari 500 siswa di Barlingmascakeb (Kab. Banyumas, Banjarnegara, Purbalingga, Cilacap, Kebumen) usia SD-SMA. Hasilnya ratusan anak menderita gangguan pendengaran mulai ringan, sedang hingga berat. Setengah dari mereka baru tahu berapa derajat gangguan (skala decibel) yang dialami setelah menjalani tes audiometri yang dilaksanakan oleh Dompet Dhuafa.

Selain tes audiometri, pemberian alat bantu dengar (ABD) dan pelatihan soft skill anak-anak tuli menjadi satu paket dalam implementasi program Peduli Tunarungu Indonesia. Pada akhirnya, mewujudkan Indonesia inklusif, untuk disabilitas unggul bukan hal yang mustahil dicapai. Jika semua pihak memiliki komitmen untuk '’tidak meninggalkan siapa pun'’ dan mengakui disabilitas sebagai bagian dari sumber daya bangsa. (Dompet Dhuafa/LKC Purwokerto)