Guru Honorer Yang Gigih Mendidik di Tengah Pandemi (Cerita Fitria – Bagian Satu)

SIARAN PERS, YOGYAKARTA — Fitria, seorang guru mapel di MI Muhammadiyah Mungur, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menceritakan pengalaman mengajarnya dengan metode daring Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) selama adaptasi di masa pandemi ini.

Meski hanya berstatus guru honorer, jangan remehkan totalitas Fitria sebagai seorang guru. Bila hari normal, Fitria biasa berjalan kaki sejauh 5 kilometer untuk bisa mengajar siswa-siswinya di MIM Mungur. Jauh nan melelahkan, namun tetap Fitria jalani untuk memenuhi kewajibannya sebagai seorang guru.

Bagi Fitria, berjalan kaki 5 kilometer ternyata jauh lebih mudah, dibanding harus mengajar siswanya dengan jarak, seperti yang sekarang ia lakukan selama pandemi.

"Selama daring, macam-macam ya suka-dukanya. Kalau download, sinyalnya itu, download dari hari ini dan itu lama sekali. Apalagi kalau videonya panjang,” buka Fitria.

“Sedari subuh itu sudah persiapan share materi, nyiapain anak, menyapa kehadiran anak-anak di grup. Ada enam grup sesuai kelas. Itu dari pagi sudah banyak orang tua yang menanyakan penjelasan materinya. Ada juga orang tua yang selesai kerjanya sore, jadi telat bertanya, juga tetap kita jelaskan,” lanjut Fitria.

Seperti masalah kebanyakan pendidik di daerah, sinyal dan ketersediaan gawai menjadi masalah dasar dalam proses PJJ. Wilayahnya di Desa Semenu, tidak bisa menyediakan sinyal yang memadai. Padahal ia harus menyediakan bahan ajar yang hanya bisa dilakukan dengan jaringan internet.

Sebagai guru mapel di setiap tingkat kelas, Fitria memiliki enam grup mewakili setiap kelas yang ia ajar. Tentu setiap kelas membutuhkan materi yang berbeda-beda. Ia pun harus memutar otak menyibukkan diri mencari bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan setiap siswa-siswanya. Belum lagi dengan masalah serupa yang dialami oleh orangtua siswa.

"Contoh kecil, disini dalam satu keluarga, hanya memiliki satu gawai, sehingga ganti-gantian bila dalam satu rumah ada beberapa anak. Jadi bergantian menggunakannya. Kalau sudah malam saya mengoreksinya satu-satu dengan teliti, dan memberikan masukan ke anak-anak,” tukasnya.

Dompet Dhuafa Cabang Yogyakarta, membuka kampanye untuk mendukung pejuang pendidikan seperti Fitria. Menyediakan gawai dan akses internet yang memadai bagi guru dan orangtua siswa menjadi tujuan utama dalam kampanye tersebut. (Dompet Dhuafa / Foto & Penulis: Zul / Editor: Dhika Prabowo)