Hasto Wardoyo: Tiga Ciri Pahlawan

SIARAN PERS, BANDUNG — Pada Minggu (27/9/2020), dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG selaku Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang juga pernah menjabat sebagai Bupati Kulon Progo (2011-2019) berbagi kisah seputar pengalamannya terkait perubahan kepada masyarakat.

Sebagai dokter Spesialis Kebidanan, ia menyampaikan, memulai perubahan itu seperti mengubah fenotip. Perubahan fenotip (kinerja) diawali dengan perubahan genotip (mindset). Jika seseorang memiliki pola pikir yang optimis dan semangat membantu masyarakat, maka kinerja yang dihasilkan juga akan berdampak yang bagus.

“Jika genotip-nya bagus dan baik, maka fenotip-nya juga akan menghasilkan dampak yang bagus. Tapi genotip-nya tidak bagus, maka kinerja yang dihasilkan juga tidak bagus,” jelasnya dalam paparan dari rangkaian ‘Future Leader Challenge 2020 (FLC 2020)’ yang diselenggarakan pada tanggali 12-27 September 2020.

Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa saat ini masyarakat mengalami beberapa masalah, seperti kemiskian, pola konsumptif masyarakat akan produk luar negeri, pandemi, dan lain-lain. Hal ini menurut dia mendorong para pemuda-pemudi untuk semangat dalam membuat suatu perubahan. Ini bisa dilakukan apabila kita keluar dari zona nyaman.

“Tidak cukup inovasi, namun butuh revolusi atau reformasi. Harus ada perubahan yang sifatnya mendasar untuk mengubah suatu keadaan. Revolusi berarti ada perubahan cara pandang masyarakat agar tidak melakukan business as usual. Pemimpin harus mempunyai cita-cita yang tinggi. Perubahannya dimulai dari diri sendiri agar bisa berkinerja lebih baik,” ujar Hasto.

Menjadi seorang pemimpin saja tidaklah cukup. Seseorang yang membawa perubahan haruslah menjadi seorang pahlawan, yakni seorang yang memiliki ciri sifat ikhlas, sederhana, dan visioner. Melalui sifat ini seseorang akan memiliki kepekaan terhadap problema di sekitarnya hingga mendorong seseorang memilki visi perencanaan yang jelas dan tepat.

“Inovasi muncul dari penghayatan terhadap kemiskinan. etos, logos, phatos. Yang berarti pemimpin harus memiliki etika, logika, dan empati. Merasakan apa yang rakyat rasakan. Mari kita mengedepankan nilai kemanusiaan sejak awal,” pesan Hasto.

Dompet Dhuafa Pendidikan melalui unit Beasiswa Aktivis Nusantara (BAKTI NUSA) menggelar ‘Mega Inspiring Talk: Disruptive Leaders’. Selama tiga pekan para penerima manfaat BAKTI NUSA mengikuti rangkaian pelatihan orientasi program, sharing dan team building, lokakarya (workshop) leadership project dan life plan, serta penandatanganan akad yang dilakukan secara daring. Masyarakat bisa melihat sosial project apa yang hendak dilakukan atau sudah dilakukan oleh para peserta FLC 2020 di laman ini https://flc.baktinusa.id/pameran-flc-2020 .

Pagelaran daring ini turut menghadirkan narasumber inspiratif sebut saja Jamil Azzaini (CEO Kubik Leadership), Sandiaga Salahuddin Uno (Pengusaha dan Politisi Nasional), dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (Kepala BKKBN), Emil E. Dardak (Wakil Gubernur Jawa Timur), dan Irwan Prayitno (Gubernur Sumatra Barat). Kegiatan ini disiarkan langsung dari Zoom dan Youtube Channel Dompet Dhuafa DDTV https://youtu.be/erc-3p6NmOM .

“Saya biasanya menanamkan ini di benak saya: Harus Berubah di Tangan Saya. Ini bisa jadi salah satu mantra kuat untuk tetap semangat berkontribusi terhadap masyarakat. Nek wani ojo wedi-wedi, nek wedi ojo wani-wani (kalau takut jangan berani-berani, kalau berani jangan takut-takut),” tutup Hasto. (Dompet Dhuafa / Foto: Fajar / Penulis: Fajar / Editor: Dhika Prabowo)