Kenapa Hewan Kurban Dompet Dhuafa Bisa Murah?

SIARAN PERS, JAKARTA — Di awal Ramadhan 1441 H, leaflet program Tebar Hewan Kurban (THK) Dompet Dhuafa mulai tersebar ke masyarakat. Namun beberapa respon terkait persiapan kurban dengan harga yang relatif murah, menjadi pertanyaan sejumlah masyarakat. Memang harga yang ditawarkan di program THK memang sangat murah, dan nyaris tidak masuk akal. Menurut sejumlah orang, itu berpotensi merugikan pihak lain, misalnya pedagang atau peternak.

Akhirnya diskusi pun kami buka atas sejumlah pertanyaan. Zainal Abidin Sidik, selaku ketua THK Dompet Dhuafa periode 1441H, membuka diskusi. Pertanyaan seperti harga murah yang ditawarkan merugikan pedagang di pasar hewan atau pedagang musiman yang berjualan hewan kurban hingga ada pedagang yang bilang, dia mau beli di lokasi kandang Dompet Dhuafa. Bahkan muncul sinyalemen, ada kebohongan dalam menjalankan kegiatan yang bernilai ibadah tersebut.

“Banyak pertanyaan terkait harga murah, hadir di hadapan kami. Pertama, tentu saja kami berterima kasih. Karena ‘pelanggan’ yang kritis justru lebih baik daripada yang pendiam. Kalau benar, itu kesempatan untuk memperbaiki bagi kami. Harapannya, setelah diperbaiki, konsumen tetap tidak berpindah ke lain hati.  Tapi ada kalanya konsumen protes, karena ketidak-tahuan. Nah ini yang perlu dijelaskan, berdasar data dan fakta,” jelas Zainal Abidin, kepada jurnalis Dompet Dhuafa, pada Selasa (28/7/2020).

Kemudian Zainal Abidin kembali menjelaskan soal harga murah dan memang perlu dijelaskan.  Kalau yang protes pedagang, tentu hal yang lumrah. Karena memang mereka yang terkena imbas paling besar.  Dalam sistem penyediaan ternak THK tahun ini, Dompet Dhuafa terus berupaya memotong rantai pemasaran, dengan meniadakan faktor pedagang di antara Dompet Dhuafa dengan peternak atau koperasi peternak. Riset yang masuk ke lembaga tersebut memang menunjukkan adanya faktor pedagang yang membuat harga ternak tinggi. Utamanya di hari-hari menjelang Idul Adha. 

“Tahun ini, kami bekerjasama dengan kelompok atau koperasi peternak untuk pengadaan domba, kambing dan sapi kurban. Masuknya investor (kami menjalin kerja sama juga dengan investor), membuat para peternak tidak perlu bersusah-payah mencari dana sebagai modal usaha. Pemeliharaan bakalan bisa dimulai dari 6-7 bulan sebelum hari H. Di sini, kami bisa menekan modal awal di tingkat peternak. Apakah masuknya investor hanya memindahkan keuntungan besar pedagang ke pihak lain (investor)? Tentu tidak. Di masa lalu, kami tidak bisa mengatur pedagang dalam menentukan harga. Tapi, kini keuntungan investor sudah kami tetapkan bagi hasilnya. Dengan demikian, keuntungan besar di satu pihak saja, bisa dihindari,” tambahnya.

Apakah ini salah satu strategi banting harga? Tim THK pun menjawab dengan tegas, tidak. Harga yang Dompet Dhuafa tetapkan adalah harga wajar, yang sudah memberikan keuntungan (profit) dan manfaat (benefit) kepada semua stakeholder yang terlibat. Salah satu ciri social enterprise adalah masuk dalam mekanisme pasar. Ini berarti masyarakat membeli sesuatu di social enterprise tersebut, bukan berdasar belas kasihan. Tapi karena produknya memang punya value.

“Lantas, apakah THK Dompet Dhuafa mau memonopoli pasar? Ini juga tuduhan yang tidak berdasar.  Pasar hewan kurban di tanah air sangat besar. Hitungan kasar saya, di atas 3.500.000 ekor setara domba/kambing (juga hasil riset pasar IDEAS, lembaga penelitian Dompet Dhaufa 2019). Target THK tahun ini hanya 37.000 ekor, dan itu berarti sedikit di atas 1 persen.  Pekurban yang membeli ternak melalui THK Dompet Dhuafa, sepenuhnya memberi kepercayaan tanpa melihat seperti apa hewan kurbannya, dan disembelih di mana.  Tidak ada pilihan mengantar hewan-hewan kurbannya ke rumah atau tempat-tempat tertentu. Ini juga jadi faktor yang menurunkan harga. Sehingga di akhir waktu jelang Iduladha ini, saatnya menunaikan kurban terbaik untuk sesama di seluruh penjuru nusantara,” pungkas Zainal Abidin, mengakhiri wawancara.