Inovasi Bambootronic, Upaya Cak Nul Tebarkan Dakwah dan Technopreneurship (Bagian Satu)

SIARAN PERS, BOGOR — Menyusuri rangkaian gang kecil dengan lebar seukuran satu-dua orang saja, pada Rabu (4/3/2020) siang, tim Dompet Dhuafa berjalan kaki menuju sebuah Workshop kerajinan bamboo sekaligus Pondok Pesantren Al Khairiyah di Jl. Rante RT 04/RW 07 No. 28 Kelurahan Gunung Batu, Kecamatan Bogor Barat. Merupakan Yayasan Warung Kreatif Indonesia binaan Zainullah (51), dengan konsep Madrasah Diniyah, Majelis Ta’lim dan juga Technopreneurship.

Pria yang akrab dengan sapaan Cak Nul itu, memulai usahanya sejak 2012. Terinspirasi oleh sebuah produk dari Negeri Tirai Bambu, ia pun tertarik dan mulai mempelajari hal tersebut dengan inovasi yang ia miliki. Ya, Cak Nul menamakan ‘Bambootronic’. Di Bogor, adalah sebuah workshop untuk proses produksi perakitan, finishing hingga display mini showroom. Sedangkan di Sukabumi, terdapat proses produksi log, potong, belah dan serut dari bahan dasar.

“Bahan dasar bamboo tersebut menurut kami menarik. Bidang edukasi saya memang elektronik, kemudian saya coba padukan. Jadilah Bambootronic ini,” aku Cak Nul.

Ia melanjutkan lanjutkan, “Workshop kami di Sukabumi, bisa dibilang daerahnya alami. Banyak hutan bamboo dan di kaki gunung”.

Cak Nul memilih bamboo karena ada banyak di Indonesia. Bahkan renewable dan ramah lingkungan. Telah melahirkan produk jam gravitasi bumi, alat pres, mini tape music player, speaker Bluetooth. Produknya berkisar dari harga Rp 100,000,- hingga tertinggi Rp 6,000,000,-.

Dengan 25 orang pengrajin freelance bersamanya, kini hasil produknya mulai beragam pilihannya. Selain elektronik, Cak Nul juga melahirkan jenis parkit, nampan dan lainnya. “Seiring perjalanan kami, permintaan mulai melebar. Dalam hal inovasi, kami tertarik selama bamboo yang masih jadi bahan utamanya,” ujar Cak Nul.

Tetapi Cak Nul juga bercerita, bahwa ide awal ia memulai bisnis kerajinan bamboo tersebut, berangkat dari sebuah kegagalan bisnis elektroniknya yang bangkrut. Namun ia bangkit dengan inovasi memadukan bamboo dan elektronik menjadi sebuah produk seni.

“Sebenarnya motivasi utama saya adalah bagaimana mengangkat nilai bambu Indonesia menjadi produk komersial. Ketika saya mendapat temuan menciptakan produk baru, salah satu masterpiece seperti jam gravitasi, bagi kami itu lebih dari nilai uang. Pernah saya bawa pameran di Aceh pada 2015 lalu, dan ternyata di beli oleh Mendagri, Tjahjo Kumolo,” aku Cak Nul, antusias.

“Tetapi perjalanan Bambootronic juga tidak mulus. Pernah yang paling menyakitkan, hampir dapat pesanan banyak sekali, namun mesin produksi kami tidak memenuhi kapasitas,” ungkap Cak Nul. (Dompet Dhuafa/Dhika Prabowo)