Cerita Joni Mingun, Jatuh Bangun Dagang Bakso Demi Pendidikan Sang Anak (Bagian 2)

SIARAN PERS, JAKARTA — "Kalau ingat itu, ya untuk jadi cerita masa lalu, masa perjuangan. Alhamdulillah, bantuan kala itu ada gerobak aluminium lebih bagus, kompor, gas, mangkok, bahan baku untuk sebulan, juga Miwon 2 kg/org, dan masih banyak lagi. Selama dua tahun, kami mengikuti pelatihan tentang produksi hingga kiat berdagang bakso. Ketika pelatihan, malah saya ikut bantu mengarahkan teman-teman membuat bakso," terang Joni Mingun, terkekeh.

Setiap hari, Joni mengaku harus bangun pukul 2.00 WIB pagi untuk mulai memasak hingga waktu Subuh. Setelah ibadah shalat subuh, ia kembali beristirahat hingga pukul 7.00 WIB pagi untuk kembali menyiapkan bahan baku. Barulah Joni berangkat berjualan keliling pada pukul 9.00 WIB pagi hingga waktu Ashar atau Maghrib. Dengan harga Rp 10,000/mangkok, Joni mampu menjual habis rata-rata sebanyak 200 porsi setiap harinya.

Ia ungkapkan, "Alhamdulillah, walau keliling gerobakan, tapi saya juga terima pesanan untuk hajatan atau acara apapun. Cita-cita dan pedoman saya ada pada anak bersekolah. Karena itu bisa untuk ibadah pada Allah. Walaupun hanya tukang bakso keliling. Harapan kedepan, anak-anak saya bisa lebih nyaman hidupnya dibanding saya. Makanya saya terus berjuang".

"Kalau memang anak saya ada yang ingin meneruskan berdagang bakso, semoga wujudnya kedai atau restoran bakso, bukan harus mangkal keliling. Cukup saya yang merasakan itu, hehe..", tutup Joni.

Kini Joni memiliki 3 anak, yang pertama telah tamat S1, yang kedua sedang kuliah S1, dan yang ketiga duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Joni dengan gerobak bakso kelilingnya, kerap terlihat di area Jalan Masjid Al-Fallah RT 009/RW 02, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. (Dompet Dhuafa/Dhika Prabowo)