Kaji Optimalisasi Potensi Kurban di Indonesia, IDEAS: Mampu Tingkatkan Ekonomi

JAKARTA — Idul Adha atau masyarakat Indonesia mengenalnya dengan Hari Raya Kurban tidak hanya menjadi sekedar ritual ibadah bagi umat muslim di seluruh dunia. Namun, kurban telah menjadi tradisi sosial ekonomi besar tahunan sebagai negara muslim terbesar dan sekaligus salah satu perekonomian terbesar di dunia.

Berkaca dari hal itu, potensi yang dimiliki Indonesia dari sektor kurban bisa dibilang sangat signifikan. Jika dikelola dengan baik, semestinya kurban mampu menjadi kekuatan ekonomi yang tidak hanya meningkatkan kesejahteraan mustahik namun juga memberdayakan peternakan rakyat.

Momentum kurban memberikan dampak terhadap harga hewan ternak seperti kambing, domba, dan sapi. Setiap tahunnya, menjelang kurban harga hewan ternak mengalami trend peningkatan yang positif, ini adalah potensi guna mensejahterakan peternak di Indonesia.

Pembahasan ini menjadi topik utama dalam acara IDEAS Talk yang diadakan dari kolaborasi antara Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) bersama Dompet Dhufa. Kegiatan yang berlangsung secara daring ini mengangkat tema ‘Potensi Ekonomi Kurban 2021’ pada Rabu (14/7/2021).

Acara ini juga dihadiri oleh Bambang Suherman selaku Direktur Komunikasi dan Aliansi Strategis Dompet Dhuafa sebagai keynote speaker, Askar Muhammad selaku Peneliti IDEAS yang kali ini menjadi pemapar riset tentang potensi kurban. Selain nama-nama tersebut, Ahmad Faqih Syarafaddin selaku Ketua Tebar Hewan Kurban (THK) Dompet Dhuafa turut hadir sebagai narasumber dalam kesempatan kali ini.

Menurut riset yang dilakukan oleh IDEAS, potensi kurban pada tahun 2021 akan ada 2,19 juta orang sebagai Shahibul Qurban dengan 414 ribu ekor sapi dan 1,26 juta ekor kambing. Dengan proyeksi tersebut diperkirakan akan menghasilkan 104,9 ribu ton daging kurban senilai 18,23 triliun rupiah. Angka sebesar ini benar-benar harus dikelola dengan baik untuk menghasilkan keniakan ekonomi positif untuk Indonesia.

“Kita harus bisa mengelola potensi ini dengan benar agar kurban ini tidak hanya menjadi sekedar ritual atau tradisi sosial tetapi juga menjadi pranata ekonomi yang mensejahterakan. Dimasa pandemi seperti sekarang, kurban bisa dijadikan bantalan bagi ekonomi Indonesia. Melihat turunnya perekonomian dimasa pandemi, kurban adalah salah satu potensi untuk membantu masyarakat,” jelas Askar dalam pemaparannya.

Disisi lain, kurban sendiri memiliki beberapa dimensi yang biasa dilakukan setiap tahunnya. Petama dimensi spiritual seseorang kepada Allah SWT., kedua dimensi sosial untuk memupuk rasa kepedulian terhadap sesama, dan terakhir dimensi ekonomi yang mensejahterakan rakyat terutama peternak menengah kebawah.

“Tantangan kita adalah bagaimana mengoptimalkan kurban ini tidak hanya sekedar menjadi potensi, akan tetapi kurban ini mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama dimasa pandemi seperti sekarang ini. Dompet Dhuafa melalui program THK mencoba mengemas kurban dengan potensi yang luar biasa dapat merata bagi seluruh masyarakat,” ujar Faqih dalam kesempatannya.

Dompet Dhuafa sebagai lembaga philanthropy yang memiliki program THK mencoba mengeluarkan potensi kurban ini dengan optimal agar manfaat daari kurban ini mampu dirasakan bagi masyarakat terutama dimasa pandemi. Selain itu diharapkan THK mampu menumbuhkan perekonomian Indonesia dengan value yang tidak sedikit. (Dompet Dhuafa /  Arlen)