Keluar dari Dunia Hitam, Mang Mamat Dapatkan Ketenangan Hidup Menjadi Petani Lembang

BANDUNG, JAWA BARAT — Status Indonesia sebagai negara agraris tidak berbanding lurus dengan kesejahteraan para petani sebagai ‘tulang punggung’ ketersediaan pangan nasional. Kondisi ini terjadi lantaran berbagai hal, salah satunya pola pertanian di Indonesia yang mayoritas masih konvensional dan kurangnya literasi para petani guna memaksimalkan potensi lahan pertanian.

Padahal, profesi sebagai seorang petani di Indonesia merupakan peluang besar untuk mendapatkan keuntungan yang melimpah. Hal ini disadari oleh Mamat Rahmad (41) seorang petani binaan Desa Tani Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, besutan Dompet Dhuafa Jawa Barat. Keinginan yang tinggi untuk menggarap pertanian berbasis keilmuan, membuat Mamat sangat bersemangat untuk mengikuti program ini.

“Bertani itu  pakai ilmu, kalau dulu orang tua kita bertani hanya sekedar menanam dan panen dengan hasil pas-pasan, seharusnya zaman modern seperti sekarang kita bisa dapat hasil lebih kalau bertani menggunakan ilmu. Hasil meningkat, tanah pun tidak rusak karena pola-pola yang seharusnya tidak benar seperti terlalu banyak menggunakan bahan kimia tanpa ukuran jelas,” ujar Mamat yang hangat disapa Mamang.

Potensi keuntungan bukan satu-satunya yang mendorong Mamat ingin meneruskan kiprah orang tuanya menjadi seorang petani. Baginya, menjadi seorang petani merupakan terapi penyembuhan paling efektif bagi dirinya. Sebelumnya, Mamat selama 11 (sebelas) tahun terus beralih profesi di Kota Bandung hingga dirinya pernah terjatuh dalam dunia gelap narkotika. Bahkan, menurut pengakuannya, ia sudah 2 (dua) kali mendekam di hotel prodeo karena kedapatan mengkonsumsi zat-zat terlarang.

“Ssebelas tahun dulu saya pindah-pindah tempat kerja ikut orang lain, sampai saya pernah masuk penjara karena kedapatan memiliki narkoba sampai 2 (dua) kali. Setelah itu saya berpikir lebih nyaman kembali ke kampung menjadi petani seperti orang tua dulu. Hati tenang, pikiran tidak pusing, badan saya juga jadi sehat karena tidak menggunakan narkoba lagi. Dengan kegiatan sehari-hari menggarap lahan saya selalu bergerak dan cepat lepas dari ketergantungan narkoba,” jelas Mamat.

Kebangkitannya dari dunia kelam menjadi seorang petani hortikultura tidak serta merta mulus tanpa hambatan. Kurangnya modal untuk memiliki lahan pribadi dan sarana lain seperti bibit, pupuk, dan lain-lain membuat Mamat harus memutar otak demi menjalankan tekatnya. Sempat Mamat memutuskan untuk menggadaikan rumahnya untuk modal membuka lahan pertanian. Namun hal itu justru tidak sebanding dengan pemasukan yang didapatkan.

“Saya awal-awal gadaikan surat rumah untuk memulai bertani, saya pikir dengan adanya hasil panen nanti mampu membayar pinjaman tersebut dan menutupi kebutuhan sehari-hari. Tapi ternyata hasil panen tidak menentu dan hasilnya saya harus memutar otak kembali untuk menutupi semuanya. Ya, namanya harga pasar tidak menentu kan, cuaca juga tidak bisa diprediksi, itu buat tanaman kita dilahan terbuka cepat rusak dan gagal panen,” sambungnya.

Namun sekarang Mamat bisa kembali tersenyum dan mendapatkan apa yang selama ini dia dambakan. Pertemuannya dengan Kang Ade salah satu kader Desa Tani Dompet Dhuafa Jawa Barat merubah segala bentuk dinamika yang dirasakan. Berkat sokongan dari Prudential, Mamat bisa bercocok tanam dibawah Green House dan mendapatkan pendampingan secara penuh dari Dompet Dhuafa Jawa Barat serta sarana pendukung seperti bibit, pupuk, hingga lahan garapan itu sendiri.

“Kalau pakai Green House tanaman jadi lebih aman walaupun cuaca tidak menentu, kita bekerja juga lebih teduh. Dengan ukuran Green House 250 (dua ratus lima puluh) meter persegi seperti ini hasilnya bisa sebanding dengan 1000 (seribu) hektar lahan pertanian terbuka bahkan lebih. Ditambah kita diajarin juga disini gimana caranya membuat pupuk yang benar, pemilihan jenis tanaman, cara merawat, sampai dicarikan pasarnya untuk menjual hasil panen,” jelasnya.

Keyakinan serta ketekunan Mamat untuk meningkatkan kemampuan dibidang pertanian menjadikannya kini sudah mampu memiliki lahan pribadi. Diusia yang terbilang tidak muda lagi, Mamat tidak sungkan untuk bertanya dan belajar kepada generasi milenial untuk mengasah kemampuannya dalam bertani. Hari ini Mamat mungkin sudah bisa dikatan sebagai petani modern yang sukses di Kecamatan Lembang.

“Alhamdullilah cicilan dulu sudah hampir selelsai dari hasil tani ini, kebutuhan keluarga sehari-hari juga cukup, saya juga sudah punya lahan pribadi walaupun tidak besar dari hasil menabung disini. Itulah yang saya bilang bertani pakai ilmu, bumi pun kasih kita lebih,” pungkas Mamat sebelum melanjutkan aktivitasnya di Green House.

Aca Sujana selaku Staff Program Pendidikan dan Ekonomi Dompet Dhuafa Jawa Barat, mengatakan, “Melalui program Desa Tani kita tidak hanya memberikan sarana produksi seperti bibit tapi kita juga membangun sarana lain seperti Green House untuk meningkatkan hasil produksi. Paling terpenting juga kita memberikan pendampingan secara penuh untuk mengedukasi para petani agar lebih modern dan mampu mendatangkan keuntungan lebih dari pertaniannya. Bahkan kita juga menyiapkan pasar untuk menampung hasil pertanian mereka agar tersalurkan”. (Dompet Dhuafa / Arlen)