Kisah Tim Pemulasaran Jenazah Selenggarakan Pemakaman Protokol Corona

SIARAN PERS, BOGOR — Menjadi pasukan garda terakhir bukanlah sebuah hal mudah. Resiko dan tantangannya luar biasa. Selain rentan akan paparan virus Corona, berdiri sebagai tim garda terakhir juga tak segampang yang dibayangkan. Panasnya berada di balik baju APD menjadi salah satu tantangannya. Kali ini, tiga tim garda terakhir Barzah Dompet Dhuafa menuturkan kisahnya kepada jurnalis Dompet Dhuafa, akan suka-duka menjadi tim pemakaman protokol Corona, pada Senin (20/4/2020).

"Saya gak kuat pak, panas, haus, lelah. Ini mata juga perih. Kondisi ini juga membawa kami merasakan apa yang dirasakan oleh perawat dan petugas medis," keluh Lani yang juga diamini Muhidin dan Mulyadi, selaku tim Badan Pemulasaran Jenazah (Barzah) Dompet Dhuafa setibanya di TPU, seusai mengantarkan jenazah PDP.

Sebagai driver mobil jenazah yang mengantarkan jenazah Covid 19 adalah tugas luar biasa. Tim Barzah yang berjumlah 8 orang dan terjun menjadi garda terakhir untuk mengantarkan sang syahid ke peristirahatan terakhirnya. Setiap kali pengantaran, tim hadir dengan jumlah 4 personil. Tujuannya agar tugas tersebut menjadi lebih ringan terlaksana dengan baik sampai tuntas, aman dan sesuai prosedur.

Tim merasakan betul panas nya baju APD, yang menutupi sekujur tubuh dari atas kepala sampe bawah kaki. Tetapi semua demi keamanan dan keselamatan tim. Tidak ada setitik tubuh pun yang terbuka. Sehingga keringat berkucuran menbasahi tubuh. Dalam perjalanan pengantaran, kami tidak boleh minum. Semua bisa dilakukan setelah tugas usai. Mata pun terasa begitu sangat perih. Karena area mata tertutup kaca mata pelindung dengan rapat. Akhirnya keringat dari alis pun berkucuran dan mengenai kelopak mata. Sedangkan tim tidak boleh mengusap mata. Perjalanan seringkali terganggu karena kacamata berembun dan membuat pandangan mata pengemudi terhalang.

"Benar-benar kami rasakan perjuangan mencegah dan menangkal Corona. Selama melaksanakan tugas, tak boleh sembarangan minum. Mata juga perih karena keringat mengucur, terus kita gak bisa kucek-kucek mata juga," tambah Lani.

Setiba di TPU, tim juga segera menurunkan jenazah agar tugas cepat selesai dan segera dapat melepaskan APD. Keringat tubuh begitu terkuras, tim Barzah terlihat sekali kelelahan. Sehingga mereka memilih bergeletakan di rerumputan luar area pemakaman. Mereka menikmati indahnya udara luar sambil meminum seteguk air. Lelah yang lillah itu terasa sekali menjadi bahagia ketika keluarga duka tersenyum, seraya mengucapkan terima kasih kepada tim Barzah dengan lambaian tangan dari jauh.

"Ini memang tugas kami, tapi bantulah kami. Anda cukup diam di rumah saja. Agar kami tidak terus seperti ini," harap Lani. (Dompet Dhuafa/Taufan YN)