Kolaborasi Kemanusiaan Untuk Tuntaskan Kasus Kesehatan Ibu dan Anak Di Timur Negeri (Bagian 1)

SIARAN PERS, KUPANG, NTT — "Waktu kami temukan kasus ini, bocah tersebut sudah dalam kondisi marasmus. Kondisinya sudah sangat kekurangan gizi. Ibaratnya seperti kertas basah yang kita coba untuk didirkan. Gambarannya seperti itulah. Akhirnya kami berusaha dampingi dari awal hingga sekarang," cerita Sriyaningsih (34), selaku bidan di Layanan Kesehatan Cuma-cuma (LKC) Dompet Dhuafa cabang Nusa Tenggara Timur (NTT).

Ya, itulah kisah LKC Dompet Dhuafa saat mendampingi salah satu anak dengan kasus gizi buruk, di Kabupaten Kupang. Kala itu, Luciana Soares baru menginjak usia 18 bulan. Kondisinya sudah masuk ke kategori marasmus. Orang tuanya tengah berkonflik dan ibunya memutuskan untuk menjadi tenaga kerja wanita keluar negeri. Bocah yang terlahir berparas cantik tersebut, terpaksa tinggal bersama opa dan omanya, serta 13 saudara lainnya. 

Setelah terlahir, di usia empat bulan, balita dari keluarga eks-Timor Timur tersebut, terpaksa menjalani kisah tersebut. Dengan pola pengasuhan yang tidak maksimal dan terpaksa tinggal bersama banyak saudara, tentu pertumbuhannya tidak termonitor dengan baik. 

"Melihat kondisi tersebut pada saat awal assesment. Kami pun memutuskan untuk menggulirkan bantuan kebutuhan nutrisi, pendampingan dan juga monitoring perkembangan. Sedari awal, pendampingan pemuhan gizi tiga kali sehari," tambah Asih, menjelaskan program Jaminan Kesehatan Ibu dan Anak (JKIA), kepada tim komunikasi Dompet Dhuafa. (Dompet Dhuafa/Taufan YN)