Kualitas Domba Artijo Tak Diragukan Lagi (Jelajah Kurban Nusantara – Bagian Tiga)

SIARAN PERS, SITUBONDO, JAWA TIMUR — 14 tahun berkiprah di dunia peternakan, membuat Artijo begitu memahami luar dalam seputar ternak doka (domba kurban), mulai dari pemilihan bibit, pengembang-biakan, pakan, hingga pemasaran. Suka maupun duka ia alami sejak tahun 2005 silam. Kini, ternak Artijo telah berkembang, pun konsep pemberdayaan Dompet Dhuafa membersamainya.

Artijo memahami betul jenis dan kriteria domba mana saja yang dibutuhkan oleh masyarakat. Ia juga memilah sesuai kriteria dan kebutuhan masyarakat antara domba untuk kurban, aqiqah, serta yang akan dijual di pasaran. Kualitas daging menjadi hal mendasar bagi Artijo dalam mengembangkan ternaknya. Pakannya pun tak bisa sembarangan.

Usai melakukan pengkajian dan eksperimen terhadap hewan-hewannya, Artijo menemukan formula apik bagi domba-dombanya. Sehingga, domba yang diternaknya memiliki nilai nutrisi yang tinggi nan tepat, daging yang padat, serta mengalami perkembangan yang cukup cepat. Terbukti ketika domba-domba Artijo dilakukan uji kualitas, sebagian besar domba yang ditargetkan untuk Tebar Hewan Kurban (THK) dinyatakan lolos oleh tim Quality Control Dompet Dhuafa.

"Tahun 2009 saya mulai menyediakan pakan sendiri. Bahan pakan untuk domba-domba ini adalah kulit kedelai, dedek (abu kulit padi), ampas tahu, kopra (ampas kelapa), gaplek (kulit tape). Itu kami aduk jadi satu dengan air untuk minumnya. Kalau untuk makannya, tumbuhan jagung yang masih segar. Sebagian dicacah, sebagian diberikan utuh", ungkap Artijo.

Selain pakan, Artijo juga sangat memerhatikan kebersihan domba dan kandangnya. Dibuatnya kandang yang bersih, serta tidak berdesakan, namun tidak juga terlalu longgar. Tujuannya, domba-domba merasa lebih nyaman sehingga meningkatkan nafsu makan.

"Untuk kandang kami bikin sebersih mungkin. Lihat saja tidak ada kotoran atau sampah di sini", tunjuknya.

Di bawah kandang, dibuatnya alas semacam terpal, untuk mengumpulkan kotoran-kotoran, kemudian langsung diturunkan ke pipa bawah tanah. Pipa-pipa tersebut mengarah pada sebuah lubang semacam sumur untuk dikumpulkan.

Tidak sampai di situ. Kotoran yang telah dikumpulkan, diolahnya kembali dengan mesin tertentu, untuk dijadikan pupuk. Setelahnya dibagikan kepada para petani sekitar untuk memupuk pohon cabai dan pisang.

Terlihat memang, kandang pak Artijo sangat bersih. Domba-dombanya terlihat sangat sehat serta memiliki nafsu makan yang tinggi. Kami pun tidak mendapati kotoran maupun sampah tercecer, bahkan bau kotorannya pun tak tercium. (Dompet Dhuafa/Muthohar)