Kurban di Lokasi Bencana, Asa di Bantaran Masamba (Catatan Relawan – Bagian Satu)

SIARAN PERS, LUWU UTARA, SULAWESI SELATAN — Gerimis menyambut saya di sepanjang jalan poros Palopo menuju Masamba pada Rabu sore (29/7/2020), tepat dua hari sebelum hari raya Idhul Adha 1441 H. Kemarau sudah mengintip di Indonesia bagian barat, namun tidak di Masamba, Sulawesi Tengah. Musim penghujan masih saja betah dan enggan untuk mereda. Langit Masamba masih mendung, begitu juga siapapun yang dinaunginya.

Banjir bandang telah menerjang pemukiman di sepanjang Sungai Masamba, Sungai Meli, dan Sungai Karongkong pada Senin (13/7/2020) lalu. Ketiganya ialah nadi utama peradaban di Kabupaten Luwu Utara, yang tidak disangka akan membawa bencana sebesar ini. Pemukiman di sepanjang 3 (tiga) sungai itu menjadi sasaran amukan alam. Setidaknya 38 orang dinyatakan meninggal karena kejadian tersebut, ribuan lainnya masih beruntung untuk bisa mengungsi. Ya, menuju Hari Raya Idhul Adha, Masamba dilanda duka.

Saya tidak sendiri sepanjang pertualangan di Masamba. Beruntung saya ditemani Erwandi Saputra atau sering disapa Bojek, Koordinator Respon Banjir Luwu Utara dari Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa. Sudah sejak awal terjadinya banjir, DMC yang berbasis di Tangerang Selatan, menginstruksikan tim untuk segera berangkat ke Luwu Utara merespon bencana.

“Kami langsung diberangkatkan pada tanggal 13 Juli, dan sampai disini kita coba ikut untuk evakuasi warga dan penyaluran logistik di pengungsian,” tukas Bojek.

Mobil rescue bertipe double cabin yang mengantar saya, telah sampai di Masamba. Perlahan jalan yang mulus, kini berganti dengan gelombang jalan rusak akibat bandang. Masamba, nampak porak poranda, terutama wilayah di sepanjang jembatan Sungai Masamba di pusat kota tersebut.

Rumah-rumah warga terendam lumpur hingga atap. Gelondongan kayu bertumpuk karena terbawa derasnya arus. Kota yang biasa ramai dengan berbagai kegiatan, kini sepi. Warga yang selamat memilih mengungsi di pengungsian, atau tinggal di rumah kerabat yang dirasa aman.

Nuansa bahagia menyambut hari raya, sepertinya tak trelihat di wajah Kota Masamba. Bojek dan timnya kini punya misi baru, menghadirkan suasana bahagia bagi para penyintas yang mungkin akan melewatkan mencicip daging kurban.

Dompet Dhuafa melalui tebar Hewan Kurban (THK) setiap tahunnya selalu menyasar wilayah yang terdampak adanya bencana. Tahun 2018 lalu, THK hadir di Lombok Utara yang tengah berduka karena gempa. Tahun 2018, THK menyasar penyintas gempa bumi Lombok Utara. Kemudian tahun 2019, THK juga tidak absen untuk penyintas liquifaksi di Palu, Sulawesi Tengah.

Tahun 2020 ini, ada ribuan penyintas di Masamba yang terancam tak merasakan nikmatnya daging kurban karena bandang. THK hadir untuk sedikitnya melipur lara para penyintas.

Mobil berhenti di depan Posko Respon DMC di Masamba. Tempat bagi puluhan relawan yang bersiaga disana selama dua minggu belakangan. Mulai dari relawan respon, relawan guru, psikolog, hingga dokter dan tenaga medis ada.

Saya putuskan untuk melepas ransel dan berbagai peralatan dokumentasi yang saya bawa. Mengistirahatkan badan sepertinya langkah bijak, setelah menempuh perjalanan panjang Jakarta- Luwu Utara. Sebelum itu, kami berdiskusi mengenai teknis penyaluran kurban THK di Masamba untuk keesokan harinya. (Dompet Dhuafa/Zul)