Mawas Diri di Akhir Tahun Lama 2020 dan Percaya Diri Pada Tahun Baru 2021

JAKARTA — Maka, apabila kamu (orang beriman) telah menyelesaikan (suatu urusan), hendaklah kamu lakukan (urusan yang lain). Dan (hanya) kepada Rabb kamulah kamu berharap (Al-Qur'an, surat al- Syarh (94): 7-8).

Pengantar

Tahun (lama) 2020 telah berpisah dari kita. Tanpa terasa, tahun baru 2021 tiba dan "menyapa" kita. Ma'as-salamah ya sanah 2020, yang meninggalkan 1001 kenangan dan pengalaman; and Happy New Year 2021 yang memberikan 1001 harapan dan tantangan.

Untuk itu, mari sejenak kita bemawas diri guna evaluasi dan introspeksi diri (muhasabah) terkait dengan kehidupan masa lalu yang boleh jadi "berlumuran" dosa disebabkan kekurang syukuran atau bahkan "keangkuhan" kita kepada Rabb al-'alamin. Pada saat yang bersamaan, hasil renungan itu kita jadikan sebagai "modal" tambahan demi memasuki tahun anyar.

Tahun Duka

“Agaknya kita (penulis dan pembaca) sepakat untuk juluki tahun 2020 sebagai TAHUN DUKA ('AMUL HUZN). Pasalnya? Dunia dilanda pandemi virus Corona (Covid-19) dengan segala dampak negatifnya yang menjalar ke mana-mana. Nyaris tak seorangpun yang tidak mengenal "makhluk halus" bernama virus Corona ini,” tulis Prof. Muhammad Amin Suma (Ketua Dewan Syariah Dompet Dhuafa, Ketua Umum Himpunan Ilmuwan dan Sarjana Syariah Indonesia) dalam sebuah artikelnya di akhir tahun 2020, Kamis (31/12/2020).

Dengan cepat dan akurat, "pesawat nirawak" yang meluncur dari Wuhan di China sana, benar-benar sukses menyisir dan menyusur semua benua dan negara. Tidak terkecuali Indonesia.

Di negara beragama terbesar dengan populasi muslim terbanyak pula di seluruh dunia (the largest of muslim population in the world), Indonesia belum juga bisa bernegosiasi apalagi kompromi dan damai dengan Corona untuk waktu selama-lamanya. Atau, minimal ada "gencatan senjata" untuk beberapa bulan lamanya. Minimal di tahun 2021 supaya penduduk dunia sedikit bisa jeda guna membantu gelimangan mayat dan korban yang tercecer di mana-mana.

Corona, ibarat air bah yang menerjang semua yang ada didepan dan/atau sampingnya. Tidak peduli dengan para medik yang digadang-gadang sebagai gawang penjinak virus Corona. Apalagi dengan masyarakat kebanyakan yang kurang peduli dengan protokol kesehatan: memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan (3 M).

Bahkan para ustadz, pendakwah dan muballig yang terbiasa mendoa sesuai dengan perintah agama, sebagiannya tetap "diterpa" virus Corona. Tidak sedikit dari mereka yang kini telah tiada. Inna lillahi wa-inna ilaihi raji'un = sesungguhnya kita ini hanyalah (milik) Allah, dan sesungguhnya kita semua akan kembali kepada-Nya.

“In sya Allah, tidaklah salah manakala tahun 2020 kita juluki dengan TAHUN DUKA ('AMUL HUZN). Rerata tokoh maupun kelompok organisasi dalam refleksi akhir tahunnya menyatakan tahun 2020 sebagai tahun yang berat,” tutup Prof. Muhammad Amin Suma. (Dompet Dhuafa / Prof. Muhammad Amin Suma)