Mengintip Kelas Ramah Gempa ala MIM Nunu Palu

SIARAN PERS, PALU — Intan, siswi kelas 4 itu tak henti-hentinya tersenyum di dalam kelas. Seperti halnya sekolah lain, MIM Nunu, Palu, dihuni oleh puluhan murid yang ceria. Sudah beberapa bulan belakangan, Intan dan siswa lainnya kembali bersekolah dengan normal. Tidak ada tenda, tidak ada menulis di tanah, tidak ada kepanasan seperti saat masa bencana.

“Nyaman sekali kak, tidak panas kaya dulu,” aku Intan.

Memang tidak seperti sekolah lain, bangunan sekolah MIM Nunu Palu, dibuat dengan konstruksi dominan kayu. Karenanya, kelas terasa sejuk. Sekalipun matahari terik di luar. Bangunan tersebut dibangun oleh Dompet Dhuafa dalam rangka pemulihan pendidikan pasca gempa. Walau konstruksi dibangun dengan kayu, kekuatannya tidak perlu diragukan. Ratusan murid silih berganti berlarian di atas banguna panggung tersebut. Sama sekali tidak bergoyang. Oleh Dompet dhuafa, bangunan tersebut diprediksi bisa bertahan hingga 100 tahun, tentu dengan dukungan perawatan yang baik.

“Lebih nyaman dan kami juga merasa lebih aman. Karena tidak takut lagi dengan gempa,” terang Ratna, salah satu guru MIM Nunu.

Bukan hanya ramah gempa, suasana kelas pun dibuat dengan semenarik mungkin. Berbagai ornamen yang edukatif dan warna-warni terpajang di dinding kelas. Membuat siswa belajar dengan riang gembira. Formasi bangku dibuat berbeda dengan kelas biasanya, membawa siswa bisa berintraksi lebih dekat dengan guru mereka. Satu ruang khusus diperuntukan sebagai perpustakaan, tempat anak-anak mencari bahan belajar. Tidak cukup? Setiap kelas sudah dilengkapi dengan pojok baca, berupa rak dengan koleksi buku dongeng dan kisah edukatif. 

“Setiap kelas kami, dilengkapi dengan pojok baca, bantuan dari Dompet Dhuafa juga. Isinya buku kisah nabi dan dongeng lainnya yang disukai anak-anak,” tambah Ratna.

Kenyamanan murid pun digaransi, dengan semilir dua kipas angin yang terpasang di sisi samping kelas. Hampi-hampir siswa tak mau pulang, sekalipun jam belajar telah usai. Capek bermain? Tidak masalah, karena di tiap kelas, sudah disediakan sebuah tempat minum. Siswa diajarkan untuk selalu membawa botol air dan mengisi ulang di kelas masing-masing bila haus datang.

“Hal wajib selain pojok baca, di tiap kelas kami sediakan pojok minum. Jadi anak-anak tidak kehausan, bisa minum kapanpun mereka menginginkannya,” tukas guru yang telah mengabdi selama 11 tahun tersebut.

Terkadang, ketika akhir pekan atau hari libur, MIM Nunu Palu sering digunakan untuk pusat kegiatan pendidikan seperti lomba antar sekolah. Itu karena tempatnya yang dinilai unik. Banyak juga yang hanya sekedar berswafoto, bagi pengunjung yang penasaran. Siapapun yang pernah melihat keterpurukan masyarakat Palu saat gempa, pasti sudah terbuka bahwa mereka sudah kembali bangkit ketika mengunjungi MIM Nunu Palu. Bukan hanya MIM Nunu Palu, masih banyak sekolah permanen yang dibangun Dompet Dhuafa di Palu dengan konsep yang sama. (Dompet Dhuafa/Zul)