Merdeka Meraih Cita, Diaspora Smart Ekselensia Bercerita

SIARAN PERS, JAKARTA — Sekolah Smart Ekselensia, lahir dari keluh kesah mengenai kondisi pendidikan di daerah. Mengenai anak-anak belia yang haus akan ilmu, hanya saja kurang mendapat akses atas pendidikan yang layak, hanya karena finansial. Tahun 2001, Smart Ekselensia lahir sebagai alternatif atas keluhan tersebut. Sejak itu pula, ratusan alumni dari berbagai wilayah di Indonesia berhasil melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi favorit. Sebagian besar juga sudah berdiaspora ke status sosial lebih tinggi, dan berganti memberikan manfaat kepada sekitar.

Hal itu diakui oleh dua alumni Smart Ekselensia, yaitu Amma Mulia dan Mustarakh Gelfi, yang menjadi penerima manfaat di masa awal Smart Ekselensia terbentuk. Datang dari daearah, Amma menjadi angkatan pertama Smart Ekselensia. Sebagai siswa berprestasi, Amma terbentur finansial untuk melanjutkan pendidikan. Bukan kepalang senangnya ketika ia ditawari beasiswa dari Smart Ekselensia. Hari ini, dia bertransformasi menjadi seorang peneliti di LIPI Bandung, dan mulai membangun start up berbasis energi. Sebuah pretasi yang tak disangka dibuat oleh seorang yang nyaris putus sekolah.

“Bukan hanya transfer ilmu dari guru ke siswa, smart juga memberikan kami pendidikan karakter. Kita juga memiliki kepribadian yang baik, kita belajar mengenai berusaha, belajar hardskill, softskill, dan lifeskill,” aku Amma, melalui talkshow daring melalui channel Youtube Dompet Dhuafa TV https://www.youtube.com/watch?v=U_AQsnkKP1Y, pada Rabu (19/8/2020).

Ungakapan senada juga disampaikan oleh Mustarakh Gelfi, siswa Smart angkatan kedua yang kini aktif sebagai dosen di salah satu universitas di Bandar Lampung. Baginya yang hanya bocah SD di daerah, mengenyam pendidikan kelas atas hanyalah mimpi.  

“Kita semua di Smart Ekselensia berasal dari keluarga yang kurang mampu, namun Smart memberikan kesempatan yang baik kepada kami. Fasilitas yang diberikan merupakan kelas atas. Kami bisa merasakan bersekolah dengan kualitas yang baik, sekalipun saya dari golongan anak kurang mampu,” terang Gelfi.

Menyikapi kemerdekaan, para alumnus Smart berangggapan pendidikan menjadi senjata ampuh untuk memerdekakan diri dari kungkungan kemiskinan. Namun, sayang sistem pendidikan berkualitas nan ramah dhuafa seperti Smart Ekselensia jumlahnya hanya sedikit. Padahal di luar Jawa, ironi pendidikan masih nampak terlihat jelas.

“Saya pernah belajar di daerah, dan saya dibawa di bogor (Smart Ekselensia). Sehingga saya merasaan pendidikan yang sangat baik disana. Hal itu membuat saya sadar bahwa sangat beda sekali kualitas pendidkkan yang ada di daerah dan di Jawa. Ini PR kemerdekaan kita semua,” tukas Gelfi, yang juga sedang proses melanjutkan studinya di Yokohama National University, Jepang. (Dompet Dhuafa/Zul)