Mulai Aktif Latihan Luring, Dompet Dhuafa Gelar Doa Bersama untuk Suluk Nusantara

DEPOK — Kesenian menjadi salah satu media dakwah ajaran Islam. Seni dan budaya Islam di Indonesia telah berkembang selaras dengan masuk dan berkembangnya agama Islam di daerah tersebut. Sejak dahulu, para wali dan ulama dalam menyebarkan Islam di Nusantara telah menggunakan kesenian dan budaya lokal sebagai media dakwah kepada masyarakat.

Sebagai wujud pelestarian budaya Nusantara sebagai media dakwah Islam, Dompet Dhuafa memiliki berbagai program budaya, salah satunya adalah Suluk Nusantara yang berlokasi di Depok, Jawa Barat. Adanya serangan pandemi Covid-19 sejak awal tahun 2020 lalu, membuat beberapa aktivitas Suluk Nusantara terhambat. Ragam upaya kegiatan-kegiatan daring pun dilakukan. Meski begitu, hal-hal yang mengenai seni dan budaya agaknya sulit dilestarikan secara daring.

Di masa menurunnya kasus Covid-19 kini, aktivitas-aktivitas Suluk Nusantara mulai kembali dilakukan secara normal. Tentu dengan tetap mematuhi aturan protokol kesehatan. Pada Rabu (29/9/2021), para anggota Suluk Nusantara pun kembali menggelar latihan sekaligus doa bersama di Pendopo Suluk Nusantara. Latihan dan doa bersama ini dihadiri oleh Direktur Budaya Dakwah Layanan Masyarakat Dompet Dhuafa, Ustadz Ahmad Shonhaji; Ketua Sanggar Suluk Nusantara, Iskandar Ismanadji; dan GM Pendidikan dan Budaya Dompet Dhuafa, Herman Budianto.

Dalam acara doa bersama, Suluk Nusantara berharap pandemi segera berakhir supaya Suluk Nusantara dapat kembali melestarikan budaya Nusantara warisan para wali sebagai sarana dakwah ajaran Islam. Selain itu, para anggota dan pihak-pihak lainnya memanjatkan doa untuk para pendahulu mereka yang telah banyak berperan menjunjung Suluk Nusantara. Mereka adalah Pak Murjoko, Pak Wirjo, dan Pak Jadi. Selain itu juga Pak Jazuli, Pak Permadi, Pak Purnomo, Pak Santo Suhadi, Abdul Kadir, dan lainnya.

“Di sela-sela pandemi ini, banyak keluarga kita yang telah mendahului menghadap Allah SWT. Terutama guru kita, Pak Murjoko, Pak Wirjo, dan Pak Jadi. Kami betul-betul kehilangan mereka, karena mereka ini berperan penting dalam sanggar budaya ini. Ini semua sudah menjadi kehendak dari Allah. Tapi di dalam kesempatan yang mulia ini sebagai acara pembuka bersatunya kembali dalam mengaktifkan sanggar seni budaya Suluk Nusantara ini, kita akan bersama-sama memanjatkan doa untuk almarhum dan almarhumah yang lebih dulu mendahului kita. Sekaligus acara pada hari ini sebagai pembuka kegiatan kita untuk selanjutnya dan mudah mudahan pandemi ini selesai dan tidak akan muncul kembali. apa yang sudah kita upayakan dan rencanakan dapat dilakukan kembali,” ucap Ketua Sanggar, Pak Iskandar.

Ahmad Shonhaji dalam tausiahnya, mengutip tetuah dari Wali Sunan Bonang, berbunyi: Nitis Natas Netes. Artinya bahwa manusia datang dari Allah, ia harus hidup di jalan Allah, dan pada akan kembali kepada Allah. Ini adalah bagian dari strategi Sunan Bonang menjelaskan ayat inna lillahi wa inna ilaihi rajiun. Sesungguhnya kita milik Allah dan akan semuanya akan kembali kepada Allah SWT.

“Itu lah para wali. Menerjemahkan bahasa al-Quran dengan bahasa masyarakat. Semua manusia akan berada dalam kerugian, kecuali 4 hal, kalau dikerjakan ia tidak akan merugi. Yaitu orang-orang yang beriman. Tembang Singgah-singgah yang dilantunkan oleh Suluk Nusantara tadi itu mengingatkan konsep tauhid. Bahwa tidak ada kekuatan manusia kecuali ia menggantung harapannya kepada Allah SWT. Kata sunan Bonang, dalam tetuah nya Gusti Allah iku Cedak tanpa kesenggol. Ini sebenarnya adalah konsep Ihsan, bahwa Allah SWT tidak bisa dilihat oleh mata namun bisa dirasakan. Tidak bisa dicolek, namun bisa dinikmati. Itu namanya oleh rasa,” tutur ustadz Son.

Ia juga menuturkan bahwa dakwah dapat dilakukan melalui berbagai cara. Salah satunya lewat seni dan budaya yang dilakukan oleh Suluk Nusantara ini. “Biarkan yang di mimbar berdakwah lewat mimbar, yang nulis berdakwah melalui tulisan, Suluk Nusantara berdakwah melalui budaya Nusantara,” imbuhnya.

Pada acara doa bersama sekaligus mengawali latihan kembali, anggota Suluk Nusantara memainkan Gending Kebo Giro, Suluk Singgah-Singgah, Gending Manyar Sewu, dan Gending Gugur Gunung.

Pengertian suluk adalah jalan menuju perjumpaan dengan Tuhan. Suluk Nusantara merupakan bagian dakwah yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa melalui pendekatan budaya. Selain itu, Suluk Nusantara hadir berkat intervensi dari wakaf. Dompet Dhuafa menerima satu set alat musik tradisional gamelan dari Trusti Mulyono, Kepala Yayasan Sayap Ibu Bintaro, sekaligus seorang pegiat budaya dan mantan penari nasional. (Dompet Dhuafa / Muthohar)