Nasyith Majidi Paparkan Tiga Landasan Kerja Kemanusiaan Insan Dompet Dhuafa

SIARAN PERS, JAKARTA — Ketua Pengurus Yayasan Dompet Dhuafa, Nasyith Majidi, menjadi keynote speaker pada acara “Public Expose 2020” di Tjikini Lima, Cikini, Menteng, Rabu (5/2/2020). Pada kesempatan tersebut, Nasyith memaparkan tiga landasan utama yang selalu mendasari para insan Dompet Dhuafa, yaitu Keikhlasan, Keindonesiaan, dan Kemoderenan.

Menurutnya, segala aktivitas yang dilakukan insan Dompet Dhuafa didasari oleh keikhlasan. Tanpa keikhlasan, pekerjaan di Dompet Dhuafa akan dirasa begitu berat. Apalagi beberapa waktu terakhir ini, yaitu menjelang akhir tahun dan tahun baru, kejadian-kejadian alam yang sifatnya bencana terjadi di beberapa lokasi di Indonesia.

“Itu sangat menguras energi dan sangat capek. Tanpa keikhlasan dan ketulusan dalam bekerja, akan sangat melelahkan. Begitu juga tugas-tugas lainnya terkait kemiskinan, yaitu memikirkan dan bekerja untuk berupaya menjadikan mustahik ke muzakki,” terangnya.

Kedua adalah keindonesiaan. Dompet Dhuafa lahir, hidup dan berkembang di Indonesia. Tentu, segala upaya dan tindakan dilandasi oleh hukum dan norma, serta untuk kepentingan Indonesia. Meski dalam aksinya, Dompet Dhuafa juga bertindak bukan hanya kepada masyarakat Indonesia, melainkan asas kemanusiaan untuk seluruh dunia.

Yang mendasari dari nilai keindonesiaan Dompet Dhuafa adalah pasal 34 UUD 45, yaitu fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara. Namun sampai saat ini, lanjut Nasyith, masih banyak masyarakat miskin di Indonesia yang belum teratasi.

“Dompet Dhuafa tidak hanya bilang bahwa upaya pengentasan kemiskinan kurang maksimal. Namun kami juga melakukan tindakan pro-aktif untuk ikut serta negara dalam mengangkat derajat kemiskinan di Indonesia,” ungkapnya.

“Dasar lain adalah surat al-Ma’un. Yaitu, celakalah kita apabila kita tidak memikirkan dan memberi makan orang-orang miskin,” imbuhnya.

Oleh dasar itu, Dompet Dhuafa senantiasa mengajak dan mengimbau masyarakat supaya tidak termasuk dalam golongan orang yang celaka, seperti yang disebutkan dalam surat al-Maun.

Ketiga, kemodernan. Sudah menjadi bagian penting dari Dompet Dhuafa yaitu kemoderenan.

“Tidak dimungkiri, segala sesuatu di dunia selalu berkembang. Baik teknologi, manajemen, masyarakat, bahkan pola pikirnya. Sehingga apa yang dilakukan Dompet Dhuafa haruslah sesuai dengan perkembangan zaman,” tutup Nasyith. (Dompet Dhuafa/Muthohar)