Potret Porter Stasiun dan Parsel Ramadan (Bagian Dua)

JAKARTA — Sesekali keramahan Pak Sukiman menceritakan pengalaman indahnya ketika bertugas. Ada penumpang yang memang sengaja memilih dan memanggil namanya di antara puluhan Porter lain yang menawarkan jasanya. Bahkan tak jarang, penumpang menggunakan jasanya meskipun barang bawaannya ringan dan sedikit.

“Sepertinya dia (penumpang) memang ingin bersedekah. Barangnya ringan kok, sedikit, tapi kasih uangnya lebih. Pernah ada juga yang sampai minta foto bareng setelah dibawakan barangnya,” sebut Pak Sukiman melempar tawa.

Tak sekedar menawarkan jasa angkut barang. Petugas Porter di stasiun wajib juga memperhatikan kebersihan lingkungan. Terkadang menerima tugas lain dari penumpang yang sudah berada di dalam peron, seperti membelikan makanan ke toko yang ada di luar peron, dan sebagainya. Mereka lakoni demi pemasukan tambahan.

Baca Juga: http://dompetdhuafa.org/id/berita/detail/Potret-Porter-Stasiun-dan-Parsel-Ramadan–Bagian-Satu

Semburat senyum Pak Sukiman merekah. Alangkah bahagianya ia dan sahabatnya sesama Porter, Pak Sobari (56), bertemu tim Dompet Dhuafa pagi itu yang turut mengantarkan amanah para donatur, yang terkemas dalam Parsel Ramadan yang berisi paket sembako juga uang tunai untuk pejuang tangguh seperti petugas Porter stasiun.

“Tidak nyangka akan dapat bantuan Parsel Lebaran. Senang sekali ya, berasa bahagia banget dapat bingkisan ini. Akhirnya keluarga bisa terasa lebaran lagi. Terima kasih donatur Dompet Dhuafa semoga kita sehat selalu,” ucap Pak Sukiman pada tim Dompet Dhuafa, ditemuinya Senin (12/4/2021).

Bulan Ramadan merupakan waktu yang tepat berbagi kebahagiaan dengan cara berzakat dan bersedekah, termasuk dengan memberikan hadiah. Hadiah yang diberikan akan memberikan kesan yang berbeda bagi mereka di hari yang mulia.

Suatu pelajaran berharga bertemu dan berbagi kisah dengan salah seorang tangguh seperti Pak Sukiman. Mengingatkan tugas dan sosok tanggung jawab seorang ayah yang berbakti pada keluarganya. Meski raga tak lagi muda, semangatnya bak membara. Membersamai gerusan perubahan zaman.

“Saya belum mau pensiun, Mas. Nanti saja kalau anak ke-empat saya yang bungsu sudah lulus sekolahnya. Sekarang dia masih SMP,” ungkap Pak Sukiman. (Dompet Dhuafa / Dhika Prabowo)