Respon Banjir Bandang Cianjur, Lima Jembatan Darurat Dibutuhkan Segera

SIARAN PERS, CIANJUR, JAWA BARAT — Banjir bandang yang melanda wilayah selatan Cianjur, Jawa Barat, telah merendam setidaknya 10 desa di dua kecamatan. Banjir terjadi pada Jum’at (2/10/2020), setelah wilayah Cianjur diguyur hujan deras sejak sore hingga malam hari. Intensitas hujan yang terus menerus mengakibatkan longsor dan banjir bandang, sehingga memutus akses ke Kecamatan Leles dan Cijati.

Data yang diterima Dompet Dhuafa, setidaknya ada 10 desa yang terdampak banjir dan longsor. Dompet Dhuafa bergegas memberangkatkan Tim Respon pada keesokan harinya, tepatnya pada Sabtu (3/10/2020). Tim berangkat melalui jalur alternatif Ciwidey (Bandung Selatan) untuk bisa mencapai lokasi dengan lebih aman.

“Tim langsung berangkat pada Sabtu (3/10/2020), dan kami memilih jalur alternatif,” terang Resda Jaya Pangestu, tim Respon Dompet Dhuafa Jawa Barat.

Dikutip dari kompas.com, bencana banjir bandang yang melanda tiga kecamatan di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, mengakibatkan 576 rumah warga terendam. Dengan kondisi tersebut, ratusan keluarga terpaksa harus mengungsi sampai situasi lebih aman.

Tim yang bergerak lebih awal melakukan berbagai respon, diantaranya mengiuti apel gabungan, melakukan aksi bersih-bersih di Desa Purabaya, juga distribusi bantuan logistik ke warga terdampak di titik terisolir. Semua itu tim Dompet Dhuafa lakukan bekerjasama dengan relawan.

“Untuk awal respon, kami ikut serta bersama tim relawan gabungan melakukan aksi bersih-bersih. Tim juga mengunjungi beberapa pengungsian, dan menyalurkan logistik ke titik terisolir di Desa Parabaya,” tambah Resda.

Banjir dan longsor jelas juga berdampak pada fasilitas umum, seperti rumah ibadah, sekolah, dan juga jembatan. Fasilitas jembatan sendiri, tim Dompet Dhuafa di lapangan menemukan banyak jembatan yang cukup vital rusak berat karena diterjang banjir. Akses warga dan relawan pun melambat karenanya.

Dilaporkan ada setidaknya lima jembatan yang rusak dengan berbagai kondisi dan memerlukan jembatan darurat sebagai akses alternatif sementara. Salah satunya Jembatan Parung Cadas yang menjadi penghubung Desa Karyamukti dan Desa Pusakasari. Setiap harinya digunakan 1.500 hingga 2.000 warga untuk melintas. Kondisi jembatan tersebut kini rusak total terbawa arus.

“Kebutuhan sekarang yang cukup mendesak adalah jembatan darurat, karena menjadi akses penghubung warga dan relawan. Warga berharap Dibuatkan Jembatan yang lebih layak dan aman untuk digunakan,” jelas Resda.

Selain jembatan darurat, tim juga merekomendasikan beberapa kebutuhan yang sedang dibutuhkan para peyintas. Diantaranya adalah healty kit, sembako, peralatan masak, dan juga perlengkapan ibadah. (Dompet Dhuafa / Foto: DMC / Penulis: Zul / Editor: Dhika Prabowo)