Revan dan Ilham Manfaatkan Khitan Sebagai Wasilah Doa Cita-cita

BOGOR — Khitan atau memotong bagian kulup kemaluan (zakar) merupakan hal yang disyariatkan kepada setiap muslim laki-laki. Pada Kamis (19/8/2021), bertepatan dengan hari lebaran anak yatim, yaitu 10 Muharram 1443, Dompet Dhuafa bersama Pesantren An-nur Ciseeng menggelar khitanan massal bagi anak-anak di kawasan Ciseeng, Kab. Bogor.

Salah satu penerima manfaat acara ini adalah dua bersaudara Muhammad Revan Akbar (9) dan Muhammad Ilham Akbar (5). Ibu mereka, Wulan Sari (33), telah mengatakan kepada keduanya bahwa khitan merupakan bagian dari syariat sebagai seorang muslim laki-laki. Untuk menenangkan keduanya, Wulan meyakinkan kepada mereka bahwa rasa sakitnya hanya seperti digigit semut, kemudian setelahnya tidak akan terasa sakit.

“Nggak sakit kok. Paling kayak digigit semut,” ucap Wulan menenangkan keduanya sembari menunggu antrian.

Keberanian Revan dan Ilham semakin teruji tatkala suara teriakan dan tangisan dari dalam bilik ruang khitan semakin keras, namun keduanya tetap terlihat tenang dan gembira, bahkan bermain sambil tertawa-tawa. Antriannya pada nomor 31 dan 32, menjadikan mereka banyak menyaksikan dan mendengar 30 anak lainnya menangis dan berteriak. Namun tetap saja, mereka tetap percaya diri akan melewati khitan dengan tenang.

Di sela-sela aktivitas keduanya bermain, kepada tim Dompet Dhuafa, Revan mengatakan bahwa ia bercita-cita ingin menjadi seorang arsitek. Alasannya, arsitek adalah profesi yang sangat keren karena mampu mendesain dan merancang bangunan-bangunan besar, tinggi dan kokoh. Selain itu juga mungkin faktor ayahnya yang dulunya bekerja di proyek bangunan.

Ia juga mengatakan kelak jika jadi arsitek, ingin membangun gedung tinggi dan juga rumahnya sendiri untuk ibu dan keluarga lainnya. Cita-citanya tersebut sangat sesuai dengan hobinya yang suka menggambar dan merakit mainan.

“Aku suka nggambar macan. Suka ngerakit mainan. Aku mau jadi arsitek bangun gedung tinggi,” cetusnya.

Di samping itu, Ilham adiknya, mengungkapkan cita-citanya menjadi seorang pilot. Alasannya, dengan menjadi pilot, ia bisa melihat dunia dari ketinggian dan juga berkeliling dunia.

“Ingin jadi pilot keliling dunia,” cetusnya dengan nada lucu.

Ditinggal oleh ayahnya, tak menjadikan Revan dan Ilham terus-menerus merenung dalam kesedihan. Begitu pula sang Ibu. Wulan tak bosan-bosan memberi semangat untuk terus berkarya, berekspresi, saling membantu, dan selalu optimis pada setiap hal. Kakeknya yang kini menjadi sosok ayah, juga melakukan hal yang sama. Sebagai seorang teladan dan panutan bagi Revan dan Ilham, sang kakek selalu menuturkan hal-hal baik kepada keduanya. Kegigihan dan kerendahan hati selalu diterapkannya untuk ditiru.

“Di usia anak-anak yang masih kecil ini, memang menjadi hal yang sulit sebenarnya bagi mereka harus ditinggal oleh ayahnya. Namun Revan dan Ilham ini adalah anak-anak yang tangguh. Saya sangat bangga terhadap mereka,” ucap Wulan.

Ilmu-ilmu serta pemahaman tentang agama pun tak luput dari hal yang ditanamkan kepada Revan dan Ilham. Terbukti menjelang giliran dikhitan, keduanya melantukan sholawat dan surat-surat pendek supaya tetap merasa tenang. Jika anak-anak lainnya berteriak saat dikhitan, berbeda Revan dan Ilham yang membaca surat al-fatihah dan surat-surat pendek untuk mengalihkan rasa sakitnya. Usai khitan, terutama Revan, keluar dari bilik sembari langsung menyapa orang-orang yang ada di sana dengan senyuman gembira. Ia pun kemudian memanjatkan doa agar kelak apa yang dicita-citanya terwujud. (Dompet Dhuafa / Muthohar)