SGI Gelar Wisuda Akbar 86 Master Teacher di Banten

CILEGON, BANTEN — Pada Rabu (22/9/2021), Sekolah Guru Indonesia (SGI) menggelar Wisuda Akbar SGI Master Teacher Kota Cilegon dan Kabupaten Serang, Banten. Sebanyak 86 guru dinyatakan telah berhasil menyelesaikan rangkaian proses perkuliahan selama 3 (tiga) bulan dengan kurikulum 10 Kepemimpinan Guru. Acara ini dihadiri oleh Kepala Kemenag Kota Cilegon, Drs. H. Idris Jamroni, M.Pd; Sekertaris Dinas Pendidikan Kabupaten Serang, Aber Nurhadi, M.Pd; Kasi Pendidikan Madrasah, Kemenag Kota Cilegon; Ketua SGI; Kepala Cabang DD Banten, Mokhlas Pidono; dan GM Pendidikan, Budaya dan Dakwah DD Herman Budiyanto, M.Si.

Acara prosesi wisuda dilaksanakan dengan pembacaan surat keputusan oleh Ketua SGI. Kemudian pemberian Ijazah beserta pengalungan medali oleh GM Pendidikan, Budaya dan Dakwah Dompet Dhuafa, Sekertaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Serang, dan Kasi Pendidikan Madrasah Kemenag Kota Cilegon. Usai prosesi wisuda, 86 guru tersebut resmi menjadi aktivis pendidikan SGI dan siap mengabdi kepada masyarakat dan bangsa.

Mokhlas Pidono selaku Kepala Cabang DD Banten mengatakan, sejak Dompet Dhuafa mulai aktif di Provinsi Banten sejak 11 tahun yang lalu, SGI telah banyak mengirim guru-guru ke daerah-daerah terpencil di Banten. Dari situ kemudian lahir juga guru-guru berikutnya yang kreatif, berkualitas, dan murid-murid yang baik.

“DD Banten sudah berada 11 tahun, SGI menepatkan guru di daerah terpencil, tujuannya agar guru menjadi kreatif dan berkualitas, sehingga lahir murid yang baik. Kami berterima kasih kepada SGI, Dinas Pendidikan, Kemenag dan semua pihak yang mendukung. Semoga ke depan semakin banyak penerima manfaat melalui program SGI ini,” ucapnya.

Aber Nurhadi menyampaikan pesan kepada para guru yang diwisuda, bahwa sejatinya guru bukan diukur dari segi materi. Ia menyeru kepada para guru untuk berangkat ke sekolah dengan niat ibadah. Dengan begitu, maka penyampaian ilmu kepada para siswa akan menjadi mudah. Menurutnya, kebanggaan seorang guru adalah ketika anak didiknya berhasil meraih cita-cita.

“Saya setuju dengan hastag, #banggajadiguru, jadi guru bukan diukur dengan materi. Berangkatlah ke sekolah dengan niat ibadah, maka akan menjadi mudah. Guru SGI harus menjadi pembaharu social change. Kebanggaan seorang guru ketika anak didik berhasil meraih cita-cita,” tuturnya.

Herman Budiyanto dalam sambutannya menjelaskan, “Tiga pilar pondasi Bangsa adalah ekonomi, kesehatan, dan pendidikan. Dalam program pendidikan masih banyak PR yang perlu diselesaikan. Guru lah yang menjadi ujung tombak. Jika guru tidak cukup mampu mendidik murid, tentu peradaban akan sulit tercipta. Menurutnya, ada 3 (tiga) esensi pendidikan. Esensi pertama dari tenaga pendidik, esensi kedua adalah ilmu; ilmu lisan, ilmu aqli, dan aqla. Esensi yang ketiga adalah metode pembelajaran.

“Mudah-mudahan Dompet Dhuafa sebagai mitra strategis bagi pemerintah, dapat bersama bercita-cita untuk meningkatkan kesejahteraan, ekonomi, dan pendidikan, sehingga menjadi perdaban Indonesia yang  mulia,“ tuturnya. (Dompet Dhuafa / SGI / Muthohar)