Sehari Bersama Mas Lanang, Penjual Bakso Keliling Binaan STF Dompet Dhuafa

SIARAN PERS, SEMARANG — Hari Jum’at (27/11/2020) sore kala itu, Mas Lanang, penjual bakso keliling di Bandarhajo, Semarang, tengah bersiap untuk keliling menjajakan bakso yang baru ia geluti satu tahun terakhir ini. Gerobak yang biasa ia gunakan selalu ia titipkan kepada salah satu kerabat keluarganya yang tinggal di rumah susun (rusun) Bandarhajo, mengingat halaman depan rusun tersebut jauh lebih luas dan memungkinkan persiapan untuk lebih cepat.

“Mas Lanang, saya pesan seperti biasanya ya,” imbuh salah satu pelanggan setianya.

Pelanggan pun senang ketika mengetahui bahwa Mas Lanang akan menghampiri mereka. Terutama para buruh nelayan dan pabrik yang menjadi salah satu lokasi yang dilalui Mas Lanang. Kerap kali mereka saling bercanda gurau sebagaimana layaknya seorang keluarga.

Acapkali memang Mas Lanang sendiri mengakui ia suka merindukan keluarganya. Terutama ketika pelanggannya merupakan anak-anak. Sering kali terbesit untuk kembali ke kampung halaman dan memulai usaha di sana.

“Biasanya saya kembali ke rumah itu dalam kurun waktu seminggu sekali atau dua minggu sekali. Tidak menentu memang. Bahkan pernah untuk mengobati kerinduan akan keluarga, saya malah makan sendiri dagangan bakso saya,” sambung Mas Lanang.

“Jadi rugi dong Mas penjualannya?” tanya pelanggan setianya yang lain.

“Iya sih, tapi yang penting kangennya hilang dulu,”guraunya.

Pria bernama lengkap Muhammad Adib (38) ini, mendapatkan sapaan Mas Lanang karena ketika berjualan ia sering kali menyanyikan lagu milik Anang Hermansyah. Meski begitu ia tidak masalah ketika dipanggil dengan sebutan penyanyi kondang tersebut. Justru menurutnya itu merupakan bentuk kasih sayang dari para pelanggan setianya selama ini.

“Sebelum berjualan bakso, saya mencoba menjual banyak hal dari mulai makanan ringan anak-anak berupa sempol sampai sate kulit atau usus,” ujarnya di tengah persiapannya.

Rute penjualannya tidak jauh-jauh dari tempat tinggal saat ini dari Bandarhajo yang merupakan tempat di mana ia menemukan pujaan hatinya. Namun ketika anaknya menderita suatu penyakit akhirnya ia memutuskan membawa istri dan anaknya kembali ke kampung halaman di Demak.

Akan tetapi ia sendiri tetap tinggal di Bandarhajo demi tidak mengecewakan pelanggan setianya selama ini. Dan mengirimkan setiap pendaptan kepada keluarganya yang sedang menunggu di kampung halaman.

Selama ini semua berjalan lancar, namun akibat merebaknya pandemi Covid-19. Pendapatan yang selama ini ia peroleh menjadi terdampak. Jika sebelum pandemi mampu merogoh untung sebesar Rp 600 ribu perhari, namun setelah pandemi mengalami penurunan menjadi Rp 300 ribu. Sedangkan untuk modal bahan pembuatan bakso memakan biaya Rp 350 ribu.

“Namun alhamdulillah setelah gabung menjadi anggota Social Trust Fund (STF) Dompet Dhuafa Semarang, mendapatkan bantuan secara finansial, keterampilan bahkan semangat berwirausaha,” tambahnya.

Survei Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada Mei 2020, sebanyak 94,69% Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mengalami penurunan penjualan akibat pandemi Covid-19. Atau setara dengan 60 juta dari data keseluruhan (64 juta unit) UMKM di Indonesia.

“Meski di pandemi seperti ini kita tetap harus lebih berjuang kerjas daripada biasanya, tapi yang penting dilakukan saja dulu. Jalani saja dulu. Karena saya yakin yang terdampak tidak hanya saya. Melainkan banyak pihak yang terdampak,” aku Mas Lanang.

Berkat semangat juangnya, Mas Lanang selaku anggota STF Dompet Dhuafa Semarang terpilih menjadi salah satu penerima manfaat program “Penguatan UMKM di Masa Pandemi”. Program kolaborasi antara Dompet Dhuafa dengan Adira Insurance Syariah.

“Sebelum gabung jadi anggota STF Dompet Dhuafa, saya sempat mencari pinjaman sana-sini. Tapi dengan hadirnya STF Dompet Dhuafa Semarang saya senang sekali, semua jadi lebih mudah. Jika ada kesempatan lain saya mau mencoba usaha lain sambil tetap mengembangkan usaha bakso saya,” tutup Muhammad Adib.

Sejalan dengan program ini, Dompet Dhuafa juga turut menghadirkan ragam turunan program melalui Campaign Humanesia seperti ‘Para Tangan Tangguh’ berupa bantuan modal usaha untuk menguatkan lini keluarga terdampak Corona. Kemudian ‘Kado Akhir Tahun’ sebagai bingkisan terindah bagi anak yatim dan mereka yang masih kesulitan dalam mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ). Selain itu ada juga kesiap-siagaan dalam respon kemanusiaan dan kebencanaan yang dikemas dalam campaign ‘Indonesia Siap Siaga’ sebagai langkah antisipasi maupun respon cepat dari peristiwa di Indonesia maupun Mancanegara. (Dompet Dhuafa / Fajar)