Menilik Sejarah Nuzulul Quran

JAKARTA — Secara harafiah Nuzulul Quran berarti turunnya Al-Qur'an yang merujuk kepada peristiwa penting penurunan “Al-Qur’an,” secara keseluruhan dari lauhulmahfuz ke Baitul ‘Izzah di langit dunia. Nuzulul Quran menjadi proses turunnya ayat Al-Quran dalam menyempurnakan ajaran Islam sebagai petunjuk kepada umat manusia. Sebagaimana yang sudah diketahui, dalam surat Al-Alaq ayat 1-5 adalah surat yang pertama kali diturunkan kepada Rasulullah SAW saat berada di Gua Hiro pada tahun 610 M.

Dalam Nuzulul Quran ada 2 tahapan proses diturunkannya Al-Quran. Proses pertama, Al-Quran diturunkan dari Lauh Mahfuz ke langit dunia dalam kitab yang utuh. Disebutkan, pada tahap tersebut, Al-Quran diturunkan pada malam lailatul qadar. Dari Ibnu Abbas berkata,

“Al Quran itu diturunkan pada Lalilatul Qadar secara sekaligus, kemudian diturunkan lagi berdasarkan masa turunnya sebagian demi sebagian secara berangsur pada beberapa bulan dan hari.”

Proses kedua, Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur melalui Malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW. Peristiwa turunnya Al-Quran ke bumi yang terjadi secara berangsur-angsur ini pun diperingati pada malam 17 Ramadhan yang ditandai dengan wahyu pertama Surat Al-Alaq ayat 1-5.

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan mansuia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-Alaq : 1-5).

Pada wahyu pertama turun, Rasulullah SAW masihlah tidak bisa membaca. Sehingga, ketika Malaikat Jibril mengucapkan firman Allah tersebut, menyerukan Nabi Muhammad SAW untuk membacanya. Rasulullah SAW pun tidak bisa mengikutinya.

Peristiwa tersebut membuat Rasulullah pulang dalam keadaan gelisah. Bahkan, membuat badannya menjadi menggigil hingga demam. Sehingga Rasulullah meminta Khadijah untuk menyelimuti dan menemani Rasulullah hingga beliau tenang.

Penurunan wahyu Al-Quran dari Malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW membutuhkan waktu kurang lebih 23 tahun. Di mana turunnya ayat per ayat tersebut menyesuaikan problematika sosial, krisis moral, keagamaan, kisah-kisah para Nabi terdahulu hingga hikmah.

Ayat terakhir yang diturunkakn Malaikat Jibril kepada Rasulullah ada pada surat Al-Maidah ayat 3. Disebutkan, ayat tersebut turun sesudah waktu Ashar pada hari Jumat di Padang Arafah saat musim haji terakhir (wada).

Ketika ayat tersebut turun, Rasulullah berada di atas untanya. Sehingga agak kesulitan menangkap isi dan makna terkandung di dalam ayat 3 surat Al-Maidah. Kemudian Rasulullah pun memutuskan untuk turun dari untanya dan bersandar pada binatang tersebut. Malaikat Jibril pun membacakan firman Allah SWT,

“…Pada hari ini telah aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu…” (QS. Al-Maidah: 3).

Setelah ayat tersebut turun, Rasulullah pergi dari Makkah ke Madinah untuk mengumpulkan para sahabat. Rasulullah SAW memberikan kabar bahagia tersebut. Ketika para sahabat semua mendengarnya, mereka pun bergembira seraya berkata, “Agama kita telah sempurna. Agama kita telah sempurna.”