Sinergi PT Paragon dan Dompet Dhuafa Bantu Masyarakat Dhuafa dan Terdampak Covid-19

SIARAN PERS, JAKARTA — Indonesia telah banyak mengambil langkah mitigasi dalam menangani dampak Covid-19 di berbagai sektor. Begitu pun Dompet Dhuafa. Sebagai lembaga zakat juga kemanusiaan, Dompet Dhuafa turut aktif membangun kembali kondisi positif di berbagai sektor. Terdapat tiga sektor yang paling terdampak oleh pandemi ini, di antaranya kesehatan, ekonomi, dan pendidikan.

Bersinergi dengan PT. Paragon, bahkan sejak awal-awal pandemi merebak, Dompet Dhuafa terus menggelontorkan program-program yang berkelanjutan guna merespon dampak Covid-19. Termasuk yang dikhususkan adalah ketiga sektor tersebut.

Hingga pada Jum’at (9/10/2020), di Desa Kumesu, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Tim Dompet Dhuafa menilik program pemberdayaan Program Jamur Batang. Program tersebut menjadi fokus bagi Dompet Dhuafa dan PT. Paragon dalam menangani dampak ekonomi di masa pandemi Covid-19.

Saddam Bustomi, selaku tim Resource Mobilization Dompet Dhuafa mengatakan, Desa Kumesu merupakan lokasi yang sangat mendukung untuk pengembangan program di sektor ekonomi, terutama di bidang pertanian. Alasannya, tanah di sana yang subur serta air yang melimpah. Selain itu, terdapat potensi masyarakat untuk budidaya jamur namun butuh pendampingan dan biayanya.

“Yang menjadi penerima manfaat dari program pemberdayaan ekonomi oleh PT. Paragon dan Dompet Dhuafa ini adalah masyarakat yang kurang mampu, janda, juga ibu-ibu rumah tangga, dengan harapan mereka terus berdaya juga bisa membantu mendapatkan penghasilan apalagi disaat pandemi ini,” ujar Saddam.

Sedangkan di sektor kesehatan, melalui Lembaga Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Dompet Dhuafa, Dompet Dhuafa menggulirkan program pemantauan gizi anak. Salah satu yang menjadi sasaran penerima manfaat adalah anak-anak di kampung binaan LKC, Kampung Cipocok dan Kampung Gowok, Serang, Banten. Sebanyak 97 anak mendapatkan pendampingan di kedua kawasan tersebut.

“Masa pandemi seperti ini, skrining gizi terhadap anak sangat diperlukan. Atas sinergi dengan PT. Paragon, kemudian kami juga mengajak Puskesmas serta Posyandu setempat, program ini kembali digelar. Tentu dengan prosedur Covid-19 yang ada. Alhamdulillah warga sangat antusias. Kami pun bersinergi juga dengan ibu-ibu posyandu setempat supaya lebih efektif dalam mengontrol perkembangan ibu-ibu dan balita-balitanya,” terang Meyta Winduka selaku Staff Gizi Laktasi Layanan Kesehatan Cuma-cuma (LKC) Dompet Dhuafa.

Sektor selanjutnya adalah pendidikan. Tidak dipungkiri, pendidikan menjadi sektor yangs sangat terdampak oleh virus pandemi. Hampir seluruh kegiatan belajar mengajar (KBM) di seluruh nusantara, menerapkan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Bahkan hingga hari ini. Hal tersebut menjadi perhatian lebih bagi Dompet Dhuafa dan PT. Paragon dalam upaya merespon dampak pandemi. 

Meski begitu, beberapa lembaga pendidikan seperti pesantren ataupun sekolah berasrama, masih diperbolehkan melaksanakan pendidikan secara tatap muka. Tentu dengan berbagai prosedur yang sangat ketat. Salah satunya SMART Ekselensia Dompet Dhuafa di Parung, Bogor, sekolah akselerasi gratis bagi anak dhuafa.

Guna memperlancar proses pembelajaran siswa-siswa SMART Ekselensia di era pandemi, PT. Paragon turut memberikan fasilitas-fasilitas serta berbagai macam dukungan lainnya. Harapannya meski mengahdapi masa sulit belajar, siswa-siswa juga para tenaga pendidik SMART, masih dapat selalu giat melaksanakan KBM. Sehingga apa yang dituju akan terwujud, yaitu melahirkan generasi berkepribadian islami, berjiwa pemimpin, mandiri,berprestasi dan berdaya guna.

Rotua Rahmad Rajana Soleh, salah satu siswa kelas 5 asal Bogor, Jawa Barat, menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dompet Dhuafa, PT. Paragon, juga para donatur lainnya.

Menurutnya, berada di SMART Ekselensia selama hampir lima tahun, menjadi anugerah yang luar biasa bagi dirinya. Meski berat harus berpisah meninggalkan sang ibu di kampung halaman, namun Rotua memiliki tekat yang kuat untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu non-biaya. Selain itu, cita-citanya yang kuat untuk menjadi seorang ahli hukum, menutup ego-ego yang melemahkannya.

“Saya memiliki cita-cita menjadi alhli hukum atau pengacara. Karena saya melihat di Indonesia ini masih banyak masyarakat kecil yang tidak memiliki keadilan hukum, terutama bagi mereka yang memiliki keterbatasan fiannsial. Banyak terjadi ketimpangan keadilan, jadi saya bertekad untuk mempelajari dan memperdalam tentang hukum, supaya dapat membantu para masyarakat kecil. Dengan begitu juga saya dapat mengangkat harkat dan martabat orang tua saya dan keluarga,” ungkapnya. (Dompet Dhuafa / Foto & Penulis: Muthohar / Editor: Dhika Pabowo)