THK: Saatnya Peternak Naik Kelas (Bagian Dua)

SIARAN PERS, JAKARTA — “Dalam perjalanannya THK tetap dengan idealisme awalnya yaitu memberdayakan peternak. Hewan kurbannya tetap disembelih di pelosok desa dan kawasan terpencil (kini juga ke mancanegara). Seluruh dagingnya diterima oleh para mustahik. Tahun ini, kami berketetapan untuk memotong rantai pasok bandar besar dan blantik. Jika mereka berminat membantu, mereka bisa jadi investor, dengan porsi keuntungan yang kami atur besarannya. Jadi, semangatnya adalah memberdayakan peternak,” tegas Zainal Abidin.

Untuk memenuhi target THK 2020, ribuan domba, kambing dan sapi tengah dipersiapkan oleh para mitra peternak dari kandang-kandang mereka. Dana investor digunakan untuk membantu mereka memersiapkan bakalan, sewa kandang, sarana produksi dan biaya pakan.  

Kini peternak cukup berkonsentrasi di budidaya. Dulu, mereka masih harus direpotkan dengan mencari dana awal untuk membeli bakalan dan sarana produksi lainnya. Terkadang, dana rentenir atau pemodal besar, menjerat mereka. Akibatnya, peternak sebagai ujung tombak pengadaan hewan kurban justru mendapat porsi keuntungan paling kecil.

“Tentu saja, ada bagian keuntungan untuk investor, tapi porsi keuntungan terbesar dialokasikan untuk para peternak. Kami memang mengelola THK sebagai sebuah bisnis. Bisnis yang memberdayakan sesama dan tetap bermanfaat bagi banyak orang.  Kolaborasi yang kami inisiasi, insyaa Allah menguntungkan semua pihak yang terlibat. Terpenting, para peternak naik kelas,” imbuh Zainal.

Bisnis yang baik memang harus efektif, efisien dan menguntungkan. Tapi dalam bisnis THK, Dompet Dhuafa membawa keuntungan tersebut masuk ke dalam kas lembaga, yang sebagiannya diputar kembali untuk program pemberdayaan masyarakat.  Itulah sejatinya bisnis sosial. (Dompet Dhuafa/Taufan YN)